CAN THE PAST SAVE US?

 Malam itu saya makan malam di Penang Bistro, di Pacific Place, di dekat kantor saya, bersama seorang teman. Sebut saja namanya Sylvia (seorang Operations Manager di sebuah perusahaan Eropa). Malam itu Sylvia tidak happy, kelihatan dari raut mukanya.  Sambil menunggu pesanan kami, saya pun bertanya, ”Kenapa lagi di kantor? Ada masalah apa lagi?”

“Kok mas Pam tahu aja?”, tanyanya.

“Kita sudah berteman cukup lama kan?”

“Itu mas, di kantorku ada perubahan organisasi lagi. Perubahan yang dulu aja belum beres. Kacau! Chaotic! Everyone got lost. Ini Namanya “gusra-gusru” (hasty), padahal kan semuanya harus direncanakan dengan baik, agar implementasinya lancar”.

**

Apa yang dialami Sylvia, sering terjadi di banyak organisasi. *Change happen too fast*. Everyone is anxious, chaotic and angry. Tapi benarkah perubahannya terlalu cepat? Mengapa CEO menjalankan perubahan yang terlalu cepat? Well, dunia berjalan bergitu cepat, bisnis berubah begitu cepat, competitor siap menyalip dan meninggalkan anda begitu cepat. *Kita akan mati (organisasi akan tutup), kalau kecepatan perubahan di dalam organsiasi lebih lambat daripada kecepatan perubahan di luar sana* (kata Jack Welch). Kita belajar dulu dari kasus di bawah ini.

**

Toys R Us adalah salah satu tempat favorit saya. Boys will always be boys. Saya masih suka bermain. Saya bermain PlayStation setiap hari. Sekarang, saya mengkoleksi miniature mobil Formula 1, di ruang kerja saya. Makanya dulu saya suka ke Toys R Us, di Indonesia, Singapore, Muncih, New York dan di banyak tempat. Toys R Us memanjakan pelanggannya, dengan pelayanan yang ramah, koleksi mainan yang lengkap dan tempat berbelanja yang nyaman.

They had great past. Then, the world has changed. The change happen so fast. *Perubahan yang terjadi di luar Toys R Us, lebih cepat daripada perubahan yang terjadi di dalam Toys R Us*

Toys R Us tidak mampu mempertahankan diri terhadap sejumlah ancaman eksternal.

“Persaingan telah banyak berubah. Konsumen juga telah banyak berubah,”. “Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu bermain video game daring. Anda tidak perlu pergi ke toko Toys R Us untuk itu. Selain itu, pengalaman berbelanja telah beralih ke online, dan Toys R Us belum menjadi yang terkuat di area tersebut. Pesaing seperti Amazon, Walmart, dan Target sangat kuat secara online shopping sehingga hal itu juga menambah kesulitan Toys R Us.

Amazon memanjakan pelanggan dengan koleksi mainan yang lebih lengkap, kenyamanan belanja dari rumah, harga yang murah, dan pembayaran yang mudah. Pelanggan berlari meninggalkan Toys R Us dan berpindah ke Amazon. Toys R Us bangkrut, tutup, karena perubahan di dalam organisasi terlalu lambat dibandingkan di luar. Pada akhirnya , *masa lalu, nostalgia, tak mampu menyelamatkan Toys R Us*

**

*70% perubahan gagal* (kata John Kottler). Jadi memang sulit sekali melakukan perubahan pada saat yang tepat. Berarti pilihannya hanya dua: terlalu cepat atau terlalu lambat. *Kalau terlalu lambat, kita mati (bangkrut, tutup). Kalau terlalu cepat, kita akan terus survive dan bahkan berjaya.*

**

Kita belajar lagi dari winning case di bawah ini.

Kapal Api adalah kopi nomor 1 (market leader di Indonesia). Dulu mereka memulai dengan kopi tubruk (kopi tradisional Indonesia yang dibuat dari biji kopi yang digiling kasar dan diseduh dengan air panas tanpa filter). Mereka Berjaya karena itu, Tetapi demografi pelanggan berubah, banyak anak-anak muda yang ingin minum kopi, dan mungkin mereka menginginkan kopi lain selain kopi tubruk. Banyak competitor hadir di Indonesia, merek lebih banyak, rasa bermacam-macam, kualitas berbeda-beda, dan harga lebih murah. Sebagian pelanggan ingin melirik dan mencoba-coba. Perubahan terjadi begitu cepat di luar sana.

Tetapi Kapal Api mampu berubah dengan lebih cepat lagi. Mereka terus berinovasi, dan launching product-product lain untuk berbagai segment pelanggan. Excelso, Good Day, PiKopi, Kapten, Kopi ABC, Special Mix, Signature Strong Black, dan banyak merek dan varian lainnya lagi, bahkan ada kopi rasa Klepon dan rasa Kurma.

*Kecepatan perubahan di dalam lebih cepat daripada perubahan di luar.*  Kapal Api bertahan sebagai market leader yang masih sangat dominant, jauh meninggalkan kompetitornya, mereka mengeksport ke 60 negara, bahkan tahun ini mereka membuka pabrik di Jeddah, mempekerjakan banyak karyawan, memberangkatkan banyak karyawan dari Indonesia ke sana.

Ingat sekali lagi, *the change happen so fast outsise there, inside your organization, the change inside you must be even faster!*

**

That’s thinking outside of the box. That’s creativity. Ini adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah baru dengan cara baru dan mendobrak dogma dan paradigma yang lama. 

Dan itulah yang saat ini kita hadapi dalam bisnis kita. Permasalahan yang kita hadapi saat ini semuanya masalah baru, lebih rumit, lebih rancu (ambigu). Dan tentunya ini menuntut kita untuk berdikir dengan cara-cara baru yang belum pernah kita lakukan sebelumnya!

**

Mari kita kita belajar dari Ratu Spanyol (Queen Isabella) yang mengirimkan Christopher Columbus ke expedisi menemukan dunia baru! Pada saat Isablla mendanai Columbus untuk berlayar, dia hanya menyediakan uang, dan berkata “Berlayarlah, temukan dunia baru untukku” (Sambil menjanjikan Sebagian dari hasil bisnis di dunia baru tersebut nantinya akan diberikan kepada Columbus).

Di mana dunia baru tersebut?  Isabella tidak tahu! Bagaimana cara mencari dunia baru? Isabella tidak tahu! Berapa lama waktu yang diperlukan? Tidak tahu! Jadi Isabella mengerti bahwa mereka akan memasuki zone ketidakpastian, zona ketidaktahuan, because it is a new teritory! You have no idea what will be there! Isabella bahkan tidak tahu apakah Columbus akan berhasil, gagal atau mati tenggelam di lautan. Yang Isabella tahu adalah, dia harus berinvestasi untuk masa depan, menyisihkan sebagian hartanya, menyuruh Columbus pergi , dan berharap suatu saat (mungkin) Columbus akan datang kembali dengan harta yang dia dapatkan di dunia baru! Dan tentunya selama masa expedisi , Ratu Spanyol tidak bisa mengontrol dan menanyakan setiap saat. (Bukan seperti boss jaman sekarang yang ingin mengontrol setiap waktu).  Dan terakhir, Ratu Spanyol tahu dan ok bahwa mungkin saja Columbus akan melakukan kesalahan (makanya Columbus tadinya pengin ke India dan ternyata malah sampai ke Amerika!).

Dan apa akhirnya? Akhirnya Columbus berhasil menemukan Amerika dan tentunya membawa kekayaan yang luar biasa besar untuk Kerajaan Spanyol. That’s a great success!

Apa yang kita pelajari dari Ratu Spanyol?

- Cari *talent yang tepat* (dari *dalam* atau dari luar), mereka yang bisa *berinovasi* untuk masa depan

- *Investasi*kan budget inovasi yang cukup

- *Trust your team*, Percayakan kepada team anda  (jangan mengontrol setiap saat, jangan micro-managing)

- Ijinkan team kita untuk melakukan kesalahan, namanya juga eksperimen dan *mencoba coba, kemudian pelajari dan perbaiki*

- Design sistem *incentive yang jelas* (Ratu Spanyol menjanjikan sebagian keuntungan pada Columbus)

Voila! Itulah salah satu cara untuk bertahan, Berjaya, dengan berubah dan berinovasi.

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


HOW TO AVOID THE FAILURES IN YOUR “CHANGE”?

 

Jaman berubah, perilaku pelanggan berubapeta politik global berubah, bisnis harus berubah.

Pada saat kita pikir kita berlayar di laut tenang, ternyata badai dan topan menerpa dan siap merobek robek layar kita .

JC Penney di Amerika ditinggalkan pelanggannya. Pada saat shareholder Manchester United berantem, mereka nyungsep ke rangking bawah, dan hampir terdepak dari Premier League. Saat Nokia sedang lengah, ternyata customer beralih ke i-Phone. Saat Kodak sedang menikmati profit , ternyata orang tidak mencetak foto lagi.  And I can go on ... and on ... dan semuanya mengalami krisis yang sama. Jangan berfikir bahwa phenomena ini hanya ada di perusahaan kita atau di industry yang kita geluti. This phenomena is everywhere. Attacking your company ...Attacking your industry ...Atacking your country .. *BE PREPARED!*

**

Kompetitor kita sudah bersiap siap dan mengintai kita setiap kali. Siap dengan jurus jurus barunya untuk menarik pelanggan pelanggan kita. Dan bila kita tidak waspada, dan bila kita tidak berubah, nasib kita akan segera mengikuti ... Kodak, Sony Walkman, Nokia, Blackberry, JC Penney dan lain lain. Di sinilah pemahaman kelakuan pelanggan (consumer behavior) menjadi penting. Mengerti behavior mereka, memahami trend perilaku mereka, dan menyesuaikan strategy bisnis kita (accordingly) adalah satu satunya kunci untuk sukses kita di masa depan.

**

Semua topik di atas memang mudah dikatakan, tapi susah dilakukan (*easier said than done*). Menurut John Kotter hanya 30 persen dari semua program transformasi organisasi yang pernah berhasil. Berarti susah. Ada banyak factor yang membuat sebuah organisasi harus berubah, ada yang factor internal dan factor external. 

Secara internal, bisa saja terjadi perubahan leadership, perubahan strategy, perubahan avalabilty of resources.

Secara external bisa saja terjadi perubahan peta kompetisi, perubahan regulasi, perubahan peta geopolitik …dll. 

Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan besar bangkrut, seperti Hertz, NPC (franchise-nya Pizza Hut), CMX Cinemas, Rubie’s Costume, Brooks Brothers, J-crew, J.C. Penny, Gold’s Gym, Chesepeake Energy, …dll.

**

Contoh yang nyata terjadi di JC Penney. Dulunya JC Penney sangat popular di Amerika.  Kemudian Ron Johnson mengambil alih leadership, dengan janji menjadikan Penney sebagai "toko favorit di Amerika."

Tanpa menguji reaksi pembeli terlebih dahulu, Penney mengubah iklan, logo, desain toko, dan model harga, semuanya berupaya membuat pengecer tersebut lebih disukai pembeli yang lebih kaya.

Penney menyingkirkan merek-merek private label teratas dengan pengikut setia dan memperkenalkan merek-merek baru yang kurang relevan bagi pelanggan berpenghasilan rendah dan menengah.

Penney meninggalkan pelanggan lama dan berasumsi bahwa pelanggan baru akan muncul secara tiba-tiba. Kesalahan terbesar — mengakhiri kupon/voucher dan penjualan obral — menjadi bumerang, dan semakin membuat mereka ditinggalkan pembeli. Dan akhirnya bangkrut.

Pelajarannya apa? Kenali pelanggan, penuhi keinginan pelanggan, manjakan pelanggan, dalam situasi apapun. Jangan ulangi contoh JC Penney di atas.

**

Kita bisa belajar dari kegagalan orang lain. Tapi kita juga bisa belajar dari keberhasilan sebuah perusahaan. 

Beberapa tahun yang lalu, Bluebird (market leader dalam transportasi di Indonesia) dihantam oleh competitor online (lebih murah, lebih mudah). Seorang professor terkenal bilang bahwa perusahaan itu akan bangkrut beberapa tahun lagi. Saat itu saya direcruit untuk membantu perusahaan tersebut. 

Belum selesai masalah dengan kompetisi datanglah Covid. Masyarakat di lock-down. Pendapatan perusahaan menurun drastic. Saya belajar bahwa, di balik sebuah kesulitan, aka nada banyak kesulitan yang lebih besar lagi, dan baru pada akhirnya akan ada kemudahan.

**

Berdasarkan observasi dan pengalaman saya, sebenarnya sebuah transformasi yang akhirnya berjalan dengan baik, dilakukan dengan menjalankan 4 aspek di bawah ini:

Pertama, *Start with why*. 

Transformasi ke depan hanya bisa dilaksanakan kalau kita memperkuat fondasi sebuah organisasi, yang sudah terbukti menjadi landasan yang kuat yang membuat berjaya di masa lalu dan masa sekarang.  Berarti kalau sebuah perusahaan itu dulunya hebat dah karena pelayanan, kejujuran dan kepedulian, maka hal-hal tersebut harus terus dilakukan, diperkuat dan diperbaiki terus menerus. Dalam masa sesulit apapun, saya (tentu saja waktu itu dibantu oleh seluruh management team) terus menerus menjalankan training kepada seluruh karyawan dan pengemudi, untuk meningkatkan pelayanan pelanggan.

Banyak perusahaan melakukan kesalahan dengan mencoba bertransformasi dan mengubah semuanya, bahkan menghentikan sesuatu yang sebelumnya sudah bagus dan menjadi kekuatan mereka. 

Kemudian, tetap kita harus berubah. Pelanggan mulai tertarik menggunakan aplikasi. Kami merekrut ratusan software programmer. Saya bahkan membujuk sahabat saya (teman kuliah di Perancis, yang tinggal di London) untuk join sebagai Direktur IT (karena begitu susahnya mengajak orang untuk join perusahaan yang waktu itu sedang turun drastic).

**

Kedua, *Engage everybody*, ajaklah semua orang, semua pemimpin, dan semua karyawan untuk berpartisipasi di dalam Transformasi tersebut. 

Tidak mungkin sebuah Transformasi hanya dilakukan oleh direksi atau para leader. Transformasi harus dijalankan oleh semua orang semua karyawan semua pengemudi dari level yang paling atas sampai level yang paling bawah. Karena pelanggan hanya akan menilai sebuah perusahaan dari hubungan nyata yang mereka rasakan dari pengalaman berinteraksi dengan perusahaan tersebut. Kadang kadang interaksi tersebut tidak terjalin setiap hari dengan direksi atau pimpinan nya. Tetapi interaksi pelanggan dijalankan oleh dengan karyawan, bagian pelayanan pelanggan, bagian penjualan. 

**

Ketiga *Deliver Today’s Objective*. 

Transformasi ke depan bukan berarti bahwa kita melupakan kinerja atau objektif pada hari ini. Berarti apapun yang kita lakukan ke depannya, kita tetap harus memperhatikan bahwa semua objektif hari ini dapat tercapai. Ingat, kita sudah menjanjikan kepada para pemangku kepentingan untuk mencapai objektif pada tahun ini pada semester ini pada kuarter ini bahkan pada bulan ini. Dan itu sangat penting untuk diciptakan. Jangan sampai kita merusak kepercayaan para pelanggan atau para Pemangku kepentingan atau para pemegang saham dengan tidak mencapai objektif tersebut. Hal itu bisa membahayakan kredibilitas kita untuk membangun masa depan yang lebih baik.

**

Terakhir, *Build the Future Together*,   bagaimana kita membangun masa depan bersama dengan menjalankan inovasi-inovasi tersebut.

Di Bluebird, kunci keberhasilannya ada dua: memperkuat fondasi bisnis (pelayanan pelanggan, keramahan dan kejujuran pengemudi) dan membangun aplikasi yang membuat pelanggan lebih mudah memesan taxi. 

 Apapun yang terjadi, semua organisasi perlu membangun masa depan dengan berinovasi. Banyak yang ragu-ragu berinovasi, karena takut akan gagal atau tidak mendapatkan keuntungan. Padahal memang banyak inovasi yang akan terlebih dahulu gagal pada awalnya, dipelajari dan diperbaiki terus menerus. Dream Big, Start Small and Act Now!

**

Jadi untuk menghindari kegagalan dalam perubahan organisasi, kuncinya adalah:

• *STRENGTHEN THE FOUNDATION*

• *ENGAGE EVERYBODY*

• *DELIVER TODAY’S PROMOISE*

• *BUILD THE FUTURE, TOGETHER*

**

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto


Motivator bagi pelayan tamu Allah


 


THE DANGER OF BAD LEADERSHIP


Paris Saint Germain memenangkan Champions League karena pelatihnya yang hebat (Luis Enrique). Manchester United dulu Berjaya karena Alex Fergusson (yang sayangnya sekarang MU tidak pernah mempunyai pelatih yang hebat lagi). Peran leader bisa membuat sebuah organisasi jaya, atau bisa menghancurkan organisasinya. 

Seperti Maradona yang membawa timnas Argentina terpuruk. Seperti Presiden Ukrania , Volodymyr Zelenskyy, yang ternyata keputusannya membuat hancurnya negaranya karena perang. 

Dalam bisnis juga sama. *Leader bisa mebuat sebuah organisasi jaya, atau hancur.*

Dampak kepemimpinan yang buruk tidak hanya terbatas pada organisasi itu sendiri; tetapi juga berdampak luas bagi berbagai pemangku kepentingan. 

Karyawan menderita karena kurangnya keamanan kerja, lingkungan kerja yang tidak sehat, dan potensi kerugian finansial. Investor menghadapi kerugian finansial yang signifikan dan hilangnya kepercayaan pada organisasi tempat mereka berinvestasi, dan akhirnya kepada seluruh masyarakat. Hal-hal di atas mestinya  menjadi reminder yang serius tentang pentingnya kepemimpinan yang kuat dan etis.

**

Teman saya, Theo, seorang Profesor Business Strategy di sebuah universitas terkenal di United KingDom sering bercerita ke saya melalui telephone tentang pentingnya peran leader dalam memimpin bisnis.

I am a morning person, he is a night owl, jadi cocok. Kami sering telpon-telponan jam 4 atau 5 pagi untuk membahas bisnis.  Dan memang *banyak bisnis di Indonesia yang gagal karena leadernya tak mampu menjalankan peran dengan baik*. Beberapa start-up di Indonesia gulung tikar, karena tidak mampu menjawab tuntutan pelanggan, tidak mampu berkompetisi, atau bahkan karena kasus fraud atau integritas. Beberapa perusahaan yang sebenarnya sudah lebih “tua” juga ada yang tutup atau bangkut.

**

Saya jadi ingat sebuah kasus di Amerika . Pada tahun 2001, Enron Corporation, yang pernah dianggap sebagai bintang cemerlang dalam industri energi (dan mempunyai asset sebesar 63 Billion US dollar) tiba-tiba bangkrut secara spektakuler. Hal ini membuat para investor, karyawan, dan masyarakat terkejut. Banyak investor (termasuk para pensiunan di Amerika) yang kehilangan uangnya.  Inti dari skandal ini adalah para leader yang mengatur penipuan kolektif, menggunakan celah akuntansi dan entitas di luar neraca untuk menyembunyikan utang dan menggelembungkan laba. Di Enron, *leader-leadernya memprioritaskan keuntungan jangka pendek daripada kesuksesan di jangka Panjang*, yang menyebabkan kehancuran perusahaan dan ribuan karyawan kehilangan pekerjaan. Kalau penipuan ini terjadi di perusahaan sebesar Enron, berarti hak ini juga bisa terjadi di perusahaan lain.  Hal ini mengguncang kepercayaan publik terhadap tata kelola perusahaan dan memicu seruan untuk peraturan yang lebih ketat guna mencegah penyalahgunaan serupa di masa mendatang.

Skandal Enron menjadi pengingat yang jelas tentang *bahaya keserakahan leader-leader perusahaan yang tidak terkendali* dan perlunya para pemimpin untuk *memprioritaskan transparansi, integritas, dan kesuksesan jangka panjang organisasi mereka*. Hal ini menjadi peringatan tentang bagaimana bad leadership dapat mengakibatkan konsekuensi yang menghancurkan.

**

Menurut Theo, sebenarnya peran Leader itu sederhana. 

Seperti seorang pengemudi bus (yang banyak penumpangnya), seorang pengemudi harus:

a) Mampu mengemudi dengan baik (sebelumnya pernah kursus mengemudi, dan mendapatkan SIM dengan ujian yang benar): *leadership capabilities*.

b) Mengerti tujuan yang dituju oleh seluruh bus (*vision, strategy and objectives* of the organization)

c) Mampu menginjak gas, dan mengerem pada saat yang tepat (Ability to *innovate/accelerate*( the business, while *ensuring the control and managing the risks*). Tanpa kemampuan itu, bus tidak berjalan cepat, atau malah nabrak kendaraan lain di jalan.

d) Mampu meyakinkan seluruh penumpang bus, dan agar mereka merasa aman dan nyaman (the ability to *engage, influence and convince* the investors, employees and the stakeholders)

**

Untuk menghindari jatuh ke dalam perangkap bad leadership, organisasi dapat menerapkan strategi yang mengutamakan etika, integritas, dan akuntabilitas. 

Beberapa hal di bawah ini adalah beberapa kiat untuk menumbuhkan kepemimpinan yang etis dan efektif:

1) *LEAD BY EXAMPLE*: Pemimpin harus memberikan contoh positif dengan menunjukkan perilaku etis, transparansi, dan akuntabilitas dalam tindakan mereka sendiri.

2) *Establish clear values and expectations*: Organisasi harus menetapkan serangkaian nilai-nilai dan harapan yang jelas yang mengutamakan etika dan integritas, dan memastikan bahwa nilai-nilai ini dikomunikasikan ke seluruh organisasi.

3) *Promote a culture of trust and open communication*: Memupuk budaya di mana karyawan merasa nyaman untuk berbicara dan melaporkan perilaku yang tidak etis sangat penting untuk mencegah kepemimpinan yang buruk.

4) *Invest in leadership development*: Organisasi harus berinvestasi dalam program pengembangan kepemimpinan untuk memastikan bahwa para pemimpin memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang etis dan memimpin secara efektif.

5) *Implement robust systems of accountability*: Menetapkan sistem dan proses yang membuat para leader bertanggung jawab atas tindakan mereka dan memastikan transparansi dapat membantu mencegah praktik kepemimpinan yang buruk.

Dengan menerapkan strategi ini, organisasi dapat menciptakan budaya yang menghargai kepemimpinan yang etis dan menghindari konsekuensi yang menghancurkan dari kepemimpinan yang buruk.

**

Salam Hangat, Pambudi Sunarsihanto


THE BEST DEFENSE IS A GOOD OFFENSE

 

Octa baru lulus universitas tahun ini, Dia adalah satu di antara 25 ribu pencari kerja yang menyerbu bursa lowongan pekerjaan (Job Fair) yang digelar di Cikarang. Saking padatnya, pengunjung sampai ada beberapa pengunjung yang pingsan. Dan Octa pun belum mendapatkan pekerjaan, meskipun dia besusah payah jauh-jauh pergi ke Cikarang di tengah teriknya matahari. Apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan pekerjaan?

**

Luis Enrique mempunyai “mission impossible”, memimpin team Paris Saint Germain menjadi Juara Champios League (Eropa) dalam final melawan Inter Milan. Paris Saint Germain sudah pernah berpartisipasi 17 kali (antara tahun 1980-2025), dan selalu gagal! Di final, mereka harus melawan Inter Milan yang pernah 3 kali menjadi Juara Champions League. 

Apa yang dilakukan Luis Enrique? Dia menolak untuk bertahan. Dia memutuskan untuk menyerang terus menerus sejak menit pertama. Dan terbukti , sehebat apapun pertahanan Inter Milan, akhirnya jebol juga. Pelatih Paris Saint Germain itu memimpin teamnya menang telak 5-0 di Munich, hari Sabtu yang lalu. George Washington pada tahun 1799 berkata,”Pertahanan yang terbaik adalah menyerang.”.

**

Apa kesalahan Octa? Mengapa dia tidak mendapatkan pekerjaan juga? Karena dia bertahan. Hanya mengirimkan lamaran kemudian menunggu dan menunggu. Itu bertahan! Dan itu dilakukan oleh puluhan ribu pelamar kerja yang lain. Makanya mereka gagal. Seharusnya dia melakukan yang berbeda. Seharusnya dia menyerang! Terus bagaimana prakteknya?

**

a) LEARN ABOUT THE COMPANY

Seperti binatang predator yang mencari mangsa. Coba cari perusahaan apa yang kita ingin bekerja. Buka internet, pelajari laporan keuangan tahunan mereka, pelajari semua informasi yang ada tentang perusahaan tersebut. Kompetisi, tantangan, kegiatan dan tantangan mereka. 

**

b) IDENTIFY HOW YOU CAN HELP THE COMPANY

Dari masalah yang mereka hadapi. Analisa bagaimana kita bisa membantu mereka. Identifikasi, apa yang kita pelajari di universitas (atau pengalaman kita sebelumnya di perusahaan lain atau waktu magang , kalau ada), pengalaman kita berorganisasi, network kita, atau apapun, yang membuat kita bisa membantu mereka.

**

c) WRITE HOW YOU CAN HELP THEM, THEN SEND YOUR APPLICATION

Selalu customize application letter dan CV kita berdasarkan skills kita yang akan relevant dengan permasalahan yang mereka perlukan. Kalau perlu, tuliskan bagaimana kita memecahkan masalah mereka dalam cover letter kita.  Kemudian kirimkan lamaran . Gunakan networking kita atau jalur resmi lainnya. Internet, HRD atau jalur email. Network mempercepat proses, tapi tidak akan menjadi syarat utama. Yang membedakan kita dengan yang lain, adalah mindset kita sebagai “PROBLEM-SOLVER”, bukan hanya minta pekerjaan atau belas kasihan.

**

d) BE PREPARED TO FAIL, SO REPEAT AGAIN

Memang sekarang lagi susah cari pekerjaan. Berarti memang kita harus siap-siap untuk gagal. Bersiaplah gagal berkali kali. Ingat, Paris Saint Germain juga gagal 17 kali sebelum menjadi Juara Liga Champiuons.

Artinya setelah kita mempelajari sebuah perusahaan di sana, dan menyelesaikan pengiriman lamaran kita,, kita harus segera mempelajari dan melamar di perusahaan lain lagi. Terus menerus menyerang dan bukan hanya menunggu dan menunggu.

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


IT TAKES A VILLAGE TO GROW A CHILD

 IT TAKES A VILLAGE TO GROW A CHILD

(KESUKSESAN PRIBADI ADALAH HASIL KERJASAMA BANYAK ORANG)

**

Seorang pembaca saya pernah bertanya, "Pak Pam, nama saya Danny. Saya sudah 10 tahun bekerja dan karier saya sebenarnya ok ok saja. Tapi dari dulu saya terbiasa terpacu menjadi yang terbaik. Sejak SD sampai lulus kuliah (Institut Teknologi Bandung), saya selalu menjadi lulusan terbaik. Waktu itu mudah sekali bagi saya untuk berusaha menjadi yang terbaik. Karena alat ukur yang jelas , nilai ujian! Sementara di tempat kerja sekarang, saya juga ingin menjadi yang terbaik, tapi kadang kadang susah diukur. Ada yang ternyata sekarang kariernya lebih maju daripada saya. I am not the best anymore. What can I do? Saya ingin memacu diri saya sendiri, agar saya tetap menjadi yang terbaik, bukan hanya di sekolah dan universitas dulu, tapi juga sekarang di perusahaan saya. Bagaimana pak?"

**

Kasus yang dialami Danny ternyata sering dialami banyak orang yang "merasa" menjadi the best tapi ternyata tidak mengalami kemajuan yang pesat dalam kariernya. Ada istilah "syndrome of a champion". Orang-orang seperti Danny ini dari kecil menjadi juara kelas, akibatnya dia dikelilingi oleh orang orang yang memuja dan memujinya. Orang tuanya, adik dan kakaknya, teman-temannya, bahkan guru-gurunya. Bagaimana mereka tidak memuji Danny? Dari kecil sampai besar selalu juara kelas. Wajar dong kalau mereka memuji, dan memberikan motivasi kepada yang lain agar meniru Danny.

**

Tetapi kadang kadang hal ini membuat Danny lupa diri. Terbuai dalam pujian. Bagaikan lebah yang berguling guling dalam madu, keenakan, terbuai dan lupa belajar terbang lagi.

Karena untuk maju kita perlu kombinasi yang seimbang antara pujian dan kritik (yang membangun). Bukan hanya pujian! "Feedback is breakfast for a champion!" Kritik membangun adalah sarapan pagi seorang juara!

**

Jadi sebenarnya anda bukan hanya membutuhkan orang yang memuji anda. Anda membutuhkan minimal 3 orang: the champion, the challenger and the cheerleader. Kita bahas yuk!

Saya jadi teringat waktu saya masih SMP, kakak saya yang pertama diterima di 3 Universitas Negeri ternama. Wow! padahal yang lain susah cari tempat kuliah. Saya menjadikannya sebagai rolle model, he is the champion I want to follow. Saya juga ingin diterima di 3 universitas ternama, berarti saya kan tinggal meniru apa yang dilakukan kakak saya (belajar banyak banyak, lebih banyak dari yang lain). Ketika saya meniru kakak saya belajar keras, ternyata saya juga akhirnya diterima di beberapa universitas ternama, bahkan mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Kuncinya ternyata adalah "COPY with PRIDE, but DO IT BETTER"

Jadi, apapun profesi anda, sebaiknya carilah champion, role-model, orang yang sekarang sudah mencapai posisi yang ingin anda capai di masa depan.

Tergantung cita-cita anda, bisa saja CEO, Marketing Director, HR Director atau seorang pengusaha sukses! Pelajari tentang dia, baca artikel tentang dia, baca buku tentang dia, kenalan dengan dia kalau bisa dan tanyakan

"What did you do to get here, apa yang anda lakukan untuk mencapai ke sini."

And after that, remember you have to COPY with PRIDE, DO it and IMPROVE.

**

Next, ternyata selain champion atau role model yang bisa kita tiru, we also need a challenger!

Challenger adalah orang yang selalu memberikan kritik yang konstruktif. Mereka bukan orang yang puas dengan prestasi anda. Mereka adalah orang yang mengharapkan anda selalu perform lebih baik dari yang anda lakukan sekarang.

Waktu saya sekolah, ayah saya adalah challenger saya. Dengan caranya sendiri, ayah saya selalu mem-push agar saya perform better. Ayah saya belum puas kalau saya hanya menjadi Juara 2. Waktu itu saya sedih sekali, tetapi kemudian saya menyadari, ayah saya tahu saya punya potensi menjadi Juara 1. Dan kalau saya hanya menjadi Juara 2 berarti saya tidak berusaha cukup keras dan saya menyia-nyiakan potensi saya sendiri. Akibatnya tahun berikutnya saya belajar lebih keras dari tahun sebelumnya dan akhirnya saya pun menjadi Juara 1.

**

Do you have a challenger in your life? Apakah anda mempunyai challenger dalam karier anda? Bisa saja orang itu adalah boss anda, peer anda, senior anda, coah anda, mentor anda, atau siapapun dia. Asalkan dia bisa mengerti potential anda dan akan mem-push anda untuk meraih mimpi anda.

**

Last but not least, you will also need the cheerleaders.

Seseorang yang selalu bertepuk tangan , menyemangati dan memotivasi kita terutama pada saat spirit dan mental kita sedang down. Wajar, perjalanan mencapai kesuksesan akan berat dan panjang. Tentu kita harus mempunyai supporter yang selalu memotivasi kita. 

Dulu waktu kecil saya menjadikan ibu saya sebagai cheerleader. Ibu saya selalu memuji apapun yang saya lakukan. Dan ini penting untuk menjaga keseimbangan. Bayangkan jika saya selalu mencoba mengejar kakak saya, dan ayah saya selalu men challenge saya dan tidak pernah puas, lama lama saya bisa stress. 

Untungnya ibu saya selalu mengimbangi dengan kasih sayangnya dan memotivasi saya.

Dan berbekal pengalaman itulah, sampai sekarang (tentu saja dengan orang yang berbeda), saya juga selalu mempunyai champion (role model), challenger dan cheerleader! That 's the balance we need.

**

Judul artikel saya hari ini adalah IT TAKES A VILLAGE TO GROW A CHILD

(KESUKSESAN PRIBADI ADALAH HASIL KERJASAMA BANYAK ORANG). Ternyata memang banyak orang yang perlu bekerja sama untuk membantu kita dalam journey kita menuju sukses.

Jadi inilah tiga type yang kita butuhkan untuk mempercepat pengembangan karier kita:

1) The Champions

Orang orang yang sudah mencapai apa yang anda cita-citakan , jadi anda bisa belajar banyak dari mereka bagaimana mereka mencapai itu.

**

2) The Challengers

Orang-orang yang memberikan kritik membangun kepada anda. Mereka tidak pernah puas dengan . apa yang anda capai. Mereka mengerti potensi anda dan mereka akan menchallenge anda untuk mencapai posisi yang terbaik yang anda bisa raih.

**

3) The Cheerleaders

Orang-orang yang memotivasi anda, tersenyum dan tertawa bersama anda, dan selalu memberikan semangan dan spirit pada saat motivasi anda turun.

**

Pertanyaannya, apakah kita sudah mempunyai ketiga-tiganya?

Kembangkan network kita, semoga kita mempunyai ketiga-tiganya agar karier kita semakin berkembang!

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


Perusak Harga Pasar




Patung Biawak dgn budget 50juta ini bener2 contoh sempurna perusak harga pasar yang tadinya dikendalikan oknum agar patung2 begini budgetnya tetep Milyaran.

Seperti: Patung Gajah Mungkur (Gresik) 1M, Patung Kura-Kura LikeEarth (Sukabumi) 15, 6M, dan patung pesut Mahakam (Samarinda) 1,1M

Di dunia kerja juga sama aj, belasan tahun lalu waktu masih staff dan Gaji 5jutaan suka merhatiin temen2 kantor yang pergi-pulang on time, klo gak ada atasan ngemil, ngegosip dsj, banyak yg bisa dipikirkan dan dikontribusikan biar perusahaan makin produktif & makin untung tapi tidak dilakukan krn ngerasa "kita khan cuma staff, ya kerja sesuai gaji aj".

Mindset seperti ini siapa yang menciptakan dan menularkan?
Merasa staff dan hanya melakukan pekerjaan sesuai jobdesk. 

Boleh gak kaya gt? 
ya tentu saja boleh, tapi apa yakin kehidupan   & karir kalian akan lebih baik dengan memiliki pemikiran seperti itu? karena semua orang melihat aktivitas kita.... atasan, rekan kerja, bawahan, bahkan sistem diperusahaan klo bagus bisa mengukur kinerja orang2 kaya gini. 

Sy termasuk orang yang "Break The Rules" dari mindset seperti tadi. Ibarat standar patung, sy mencoba jadi patung Biawak... walaupun gaji saya cuma 5jutaan saat itu tapi sy coba extra effort utk perusahaan, gak ngebatasin diri tidak mau mengerjakan sesuatu krn ngerasa gaji sy terlalu rendah. Bahkan klo semua kerjaan beres sering ngobrol ke manager minta kerjaan baru, sampe akhirnya pekerjaan tambahan jauh lebih banyak dripada jobdesk aslinya. 

Apa gak rugi? 
buat saya rugi atau tidak cuma masalah mindset cara berpikir.... klo itung2an financial ya rugi, tapi klo itungan "Pengembangan Diri" tentu gak rugi... krn saya sedang menguji batas kapasitas saya dalam melakukan pekerjaan. Owh ternyata sy bisa melakukan banyak hal di saat temen selevel saya cuma melakukan 1-2hal. Kantor sy jadikan Laboratorium utk pengembangan diri. 

Trus ada Kenaikan gaji/karir kah dri melakukan banyak hal? 

Naik gaji iya tapi tidak sebanding (krn cuma naik 100-500rb setiap review) jadi klo mikirin duit bakal sakit hati. 

Yang saya yakini, klo kapasitas sy bertambah.. makin pinter, makin bisa banyak hal, makin produktif, makin bisa ngasi lebih ke perusahaan, duit akan ngikutin.

In the End, wlpn dikantor tersebut gaji gak naik signifikan tapi selalu mendapatkan offering dengan kenaikan signifikan dri kantor2 berikutnya.

Temen seangkatan banyak yg saat ini masih di posisi sama dikantor tersebut, sedangkan sy alhamdulillah sudah dapat kesempatan karir lebih baik dgn penghasilan belasan kali lipat dri mereka. 

So, masih ngebatasin kerjaan krn Gaji? 😁



 


ACHIEVEMENT IS A TEAMWORK

Minggu lalu saya sempat bertemu dengan seorang anak muda yang inspiring. Sebut saja namanya Ellodie, seorang General Manager di sebuah perusahaan di Jakarta, usianya baru 32 tahun, gajinya 82 juta.

Keren juga ya, gajinya 50 juta lebih daripada usianya. Berapa orang ya di antara pembaca saya yang gajinya 50 juta lebih besar daripada usianya ya? (Berarti kalau usia 40 tahun, gajinya 90 juta, usia 50 tahun, gajinya 100 juta …etc).  Saya mengerti bahwa gaji bukan satu-satunya kriteria keberhasilan, tetapi salah satunya. Your salary is how the market value your skills! Jadi kalau merasa gajinya kurang, ya kita harus rajin belajar dan training untuk menambah skills kita.

**

Anyway, itu saya bertemu dengan Ellodie di Société di Sarinah, Thamrin. Nama panggilannya Elle. Sambil menunggu minuman kami datang, Kami pun ngobrol. “Terima kasih lho Pak Pam, sudah menyempatkan waktu untuk ngopi dan ngobrol”

“Its ok, I am happy to do this. Often, I learn a lot also”

Dia menceritakan beberapa challenge di pekerjaannya, dan kami pun berdiskusi dan explore beberapa alternative,. Dia kelihatan happy dengan beberapa alternative solusi itu.

“By the way,” saya meneruskan,”Saya juga kagum lho dengan achievementmu. Pada usia 32 tahun, sudah mencapai karier ya sebagus ini. Menjadi General Manager dengan gaji yang sangat lumayan, di sebuah perusahaan yang sebesar ini.”

“Thanks, Pak. Saya belajar banyak dari artikel-artikel Pak Pam yang saya baca di LinkedIn bapak setiap senin pagi. Terima kasih.”

“Menurut Elle, whay you did right to make you achieve this?”

“Sebenarnya bukan saya aja sih Pak. *Everything is a team achievement*.”

“Maksudnya?”

Dan Elle pun mulai bercerita

**

Sejak kecil papa-mama Elle sangat mendukung study Elle. Mendorong dia berorganisasi, banyak-banyak cari internship. That’s a teamwork between her and her parents. 

Saat lulus, Elle sudah mempunyai bekal ijazah yang OK, dan beberapa pengalaman berorganisasi, serta dua Bahasa asing. Elle diterima menjadi management trainee di sebuah perusahaan pada usia 23 tahun. Sejak saat itu dia bekerja dengan tekun, dan mendapatkan promosi setiap 2-3 tahun, kadang di perusahaan yang sama, kadang di perusahaan yang berbeda. Sampai dia mencapai level seperti ini.

**

“Wow, keren juga. Terus bagaimana di tengah persaingan yang sulit ini (untuk mendapatkan pekerjaan, atau persaingan untuk dipromosi di perusahaan), karier Elle bisa maju seperti ini?”

“Saya tahu, banyak yang punya ijazah seperti saya, mempunyai pengalaman berorganisasi seperti saya. Bahkan saat saya bekerja keras, ada yang lain yang bekerje sekeras saya atau bahkan lebih keras daripada saya. Kemudian saya bertanya pada boss saya. Apa yang bisa menjadikan saya lebih dari ya lain. Jawabannya adalah *teamwork*.”

“Dan sejak itu, Elle selalu menerapkannya?”

“Akhirnya saya mengerti, kuncinya pada teamworking sih Pak. Saya percaya tidak ada achievement yang bisa dicapai sendirian. Pasti perlu teamworking. Itu yang selalu saya terapkan. Di posisi manapun, sejak saya jadi Management Trainee sampai saya jadi GeneraL Manager sekarang, saya focus pada itu. Jadi saya focus pada membantu orang lain (atau team lain untuk mencapai objective mereka). Dan ternyata dengan membantu mereka , akhirnya sangat membantu mencapai objective saya sendiri. 

Sementara saya lihat yang lain terlalu focus pada dirinya sendiri (atau pada gadget atau laptopnya) ya mereka akhirnya juga gak dibantu orang lain (atau team lain), dan akhirnya pencapaian mereka tidak maximal. Di organisasi, di perusahaan, semua hanya bisa dicapai dengan teamworking kan Pak?”

**

Di Afrika, ada pepatah “It takes a village to grow a child”. 

Kalimat  “dibutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak” berasal dari sebuah peribahasa Afrika dan menyampaikan pesan bahwa membesarkan seorang anak merupakan upaya bersama yang melibatkan banyak orang dan kelompok yang berbeda. Hal ini menekankan keyakinan bahwa keterlibatan kolektif masyarakat sangat penting dalam menyediakan lingkungan yang aman dan sehat bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Dan ini berlaku juga di pekerjaan, sebuah pekerjaan yang kompleks pasti membutuhkan Kerjasama dari banyak orang dan beberapa team untuk mencapai sukses yang diharapkan.

**

Jadi bagaimana Elle menerapkan hal itu dalam pekerjaan sehari-hari.

Elle menjelaskannya dalam beberapa Langkah sederhana.

a) Build *RELATIONSHIP*

Mau gak mau, hahahihi, bercanda, bergaul, kadang hang-out itu wajib. Dengan itu kita membangun hubungan yang baik, dan akan sangat membantu bila kita membutuhkan bantuan apapun dalam pekerjaan. Sebelum focus di content (isi perkerjaan), kita harus membangun context (hubungan/relationship yang positif). Dari relationshop kemudian diteruskan ke berkomunikasi dengan baik dan positif.

**

b) Know your team and *HELP THEM*

Banyak yang main sodok, dan langsung aja minta bantuan, minta data, minta informasi. Dan seringkali tidak mendapatkan apa yang diperlukan. Lupa bahwa untuk mendapatkan sesuatu, seringkali kita perlu mengenal orang lain dengan baik, dan membantu mereka sebisa kita, dalam lingkup kita. Apapun itu, yang kita  bisa bantu. Kalau kita bisa membantu, pasti mudah untuk mendapatkan bantuan orang lain.

**

c) Focus on *TEAM ACHIEVEMENT*

Ingat, dalam permainan olahraga, kalau team kita menang, kita juga menang. Dan itu juga berlaku di pekerjaan. Berarti di awal tahun, kita mengerti apa objective dari seluruh team. Dan kita bekerja keras untuk memastikan bahwa objective team akan tercapai! Bukan hanya objective kita sendiri. Saat kita mengerti dan melaksanakan hal ini, biasanya karier kita akan berkembang lebih pesat.

**

d) Challenge and propose *NEW IDEAS* to your team

Team member yang keren bukan hanya ikut arus, dan mengerjakan yang sudah biasa dilakukan, tetapi juga menganalisa dan propose (menawarkan) ide ide baru agar team lebih efektif dan mencapai hasil yang lebih baik lagi. Kadang ide diterima, kalau tidak ya jangan putus asa, teruskan dan propose ide-ide yang lain lagi.


**

Acara ngopi yang sangat menarik dan produktif itu, akhirnya sampai pada akhirnya juga. 

Terima kasih Elle, untuk sharing-nya, dan sampai ketemu lagi.

**

 Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto


Seni Menjual Diri