FOCUS
**
Namanya Anthony. Seorang teman baik saya, lulusan Amerika, yang mengantongi 2 gelar Master, dalam bidang Bisnis dan Teknik Elektro. Sebenarnya dia beberapa tahun lebih muda dari saya, tapi kami bersahabat dekat akhir-akhir ini. Kariernya yang cemerlang membawanya ke Dubai, Australia dan Amerika sebelum dia kembali ke tanah air.
Anthony baru saja resign, dari perusahaan Amerika di mana dia bekerja. Dan kali ini dia memegang jabatan baru yang sangat menantang. Dia harus membantu sebuah proses merger and acquisition yang sangat berat, karena meskipun beberapa stakeholder senior sudah setuju, tetapi di “working-level” masih banyak yang resistance, men-challenge dan bahkan menghambat proses integrasi.
Anthony harus tetap menegosiasikan hal ini. Dia tidak bisa hanya berlindung di balik wewenang boss besar, dan bilang bahwa semua sudah diputuskan. Dia tetap menegosiasikan, menghandle resistensi dan mencari jalan keluar yang tepat.
“I am exhausted mas. Capek fisik dan mental. Berhari-hari aku menjalani proses negosiasi yang melelahkan. Dan ini kayaknya akan berjalan berbulan-bulan. Bagaimana aku tetap stay focus selama masa itu?”. Dia menanyakan hal itu melalui telepon, saat saya di Halim sedang menunggu pesawat saya ke Surabaya.
**
Anthony is right. Kunci dalam keberhasilan karier itu kadang bukan hanya kompetensi atau kecerdasan. Tetapi stamina. Bagaimana kita stay focus, tetap tegar dan kuat, tidak sakit (baik fisik maupun mental), selama berbulan-bulan.
Padahal kita kan manusia. Yang juga mengalami capek, stress, marah, kecewa dan sedih, How to stay focus? Saya yakin hal ini tidak hanya dialami oleh Anthony. Tetapi banyak dialami oleh kita semua, dalam karier kita.
**
Petinju favorite saya adalah Muhammad Ali, juara dunia tinju kelas berat yang bertahan lama. Saya tidak mengidolakan Mike Tyson. Yang datang ke ring, dengan pukulan mautnya. Kadang bahkan meng-KO lawan dalam hitungan detik. Tetapi Mike Tyson tidak punya stamina. Padahal kita semua membutuhkan stamina (kemampuan untuk tetap focus dalam waktu yang lama. Karena challenge bisnis kita tidak bisa diselesaikan dalam satu atau dua hari. Kadang perlu enam bulan. Bahkan kadang perlu satu atau dua tahun.
Muhammad Ali pernah berkata,”Tujuan saya bukan untuk menjatuhkan lawan pada ronde itu. Tujuan saya adalah untuk survive dan berdiri tegak sampai akhir ronde (selama tiga menit), sambil mengumpulkan point. Dan tujuan saya pada akhir pertandingan adalah agar point saya lebih banyak dari lawan saya, hingga saya menang angka”
Exactly! Ali bertanding setiap ronde selama 15 ronde, dengan cerdas. Mengumpulkan angka, dan bertahan untuk berdiri tegak. Tetapi selama “break”, saat sebuah ronde berakhir, Ali akan memanjakan dirinya sendiri, agar dia bisa tampil tetap fresh dan prima di ronde berikutnya. Ada yang membawa minuman, makanan, handuk hangat, memijat kepalanya, memotivasi Ali atau apapun.
Dan mungkin kita bisa menerapkan hal yang sama dalam karier kita.
**
Perjalanan karier kita bukan lari sprint yang kita selesaikan dalam satu hari, tetapi berbulan-bulan. Tujuan kita bukan mengakhiri segalanya atau menyelesaikan business challenge kita dalam 1 hari.
Yang perlu dilakukan adalah:
a) Just do our best every day (melakukan yang terbaik setiap hari)
b) Take a break after work (sometimes we need to forget our work during the night or week end), beristirahat dengan baik setelah jam kerja, kadang bahkan harus melupakan pekerjaan bila memungkinkan (mandi air hangat, melihat film, pijat kaki reflexology, cream bath, bercanda bersama teman, menghabiskan waktu bersama keluarga, beribadah dan berdo’a, berolahraga….etc)
c) Be ready to stand up and perform again on the next day (bersiap siap untuk bangun keesokan harinya, dan bersiap-siap untuk berpestasi sebaik mungkin)
Mudah kan? Tiga hal yang harus kita lakukan setiap hari: Do our best, take a break, and be ready for tomorrow.
Seperti Muhamad Ali yang mengalahkan lawannya dalam 15 ronde.
Vietnam juga tidak mengalahkan Amerika dalam perang bersejarah itu dengan menghancurkan lawan dalam 1-2 tahun. Vietnam dengan persisten menjalankan perangnya selama 21 tahun. Setiap hari berperang, menyerang (atau bertahan), kemudian bersembunyi dalam goa, besok menyerang lagi. Begitu terus menerus selama 21 tahun, akhirnya Amerika pulang kampung dan mengakui kesalahan (atau kekalahan?) mereka.
Kita juga tidak usah terobsesi bahwa semua akan kita selesaikan dalam hitungan hari. Tugas kita kan berat, complex dan melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders).
So, put that in our mind, dan gunakan waktu “break” anda (biasanya di malam hari atau week end) untuk beristirahat total, melupakan pekerjaan kita, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi kita. Ada yang menonton film, ada yang berolahraga, ada yang berenang, ada yang main play station, ada yang bermain bersama anak-anaknya, ada yang berjalan-jalan bersama istri (atau suaminya). Usahaka lupakan pekerjaan kita. Dan keesokan harinya , mental kita akan lebidh fresh.
**
Dan tentu saja kita memerlukan infrastructure yang kuat untuk men-support kita. Keluarga yang saling menyayangi, teman yang membawa aura positive …dll.
Tapi ingat,”Everyone deserve the best of you.”
Artinya apa? Kalau jadi ayah ya harus menjadi ayah yang baik (kalau bisa menjadi ayah terbaik). Dan ini berlaku saat kita menjadi suami (kita perlu menjadi ayah yang baik), menjadi boss (kita perlu menjadi boss yang baik) atau menjadi teman (di mana kita juga perlu menjadi teman yang baik).
Tapi kadang susah ya? Kalau ada masalah di kantor, bawaannya juga ingin uring-uringan dan marah-marah di rumah. Dan sebaliknya. Kalau ada masalah di rumah, anak buah salah sedikit aja, kita sudah pengin marah besar.
**
Bagaimana mengatasi hal itu? Ada sebuah Teknik, namanya Teknik” compartiment” atau laci.
Bayangkan bahwa otak kita mempunya beberapa laci (misalnya 6 laci: laci pekerjaan, laci keluarga, laci keuangan,. Laci pertemanan …dll).
Waktu kita sedang di kantor, otak kita berada di laci “pekerjaan”, fokuskan semua konsentrasi pada pekerjaan. Kecuali sangat urgent, kita harus sangat focus pada pekerjaan kita, dan tidak membiarkan urusan-urusan dari “laci lain” mengganggu pikiran kita.
Kemudian kita pulang. Secara alam bawah sadar, tutuplah laci pekerjaan, jangan pikirkan lagi, danm fokuskan pada laci “keluarga”. Now you have to be the best husband or the best father for your family.
Kalau saja tiba-tiba, ada urusan dari laci lain memasuki otak kita, kita harus bisa menegur otak kita,”Hey! Kita lagi di rumah nih, lagi focus dengan laci keluarga. Jangan pikirkan laci-laci lain”
Pada awalnya hal ini akan terasa sulit, tapi kalau kita latih terus menerus maka pelan-pelakita akan menguasai Teknik ini dengan baik, dan membuat kita jauh lebih efektif.
**
Ingat, hal-hal pendukung ini (keluarga yang saling menyayangi, lingkaran pertemanan yang membawa aura positif, hobby yang kita sukai, ibadah yang menenangkan jiwa) akan sangat mendukung focus kita pada pekerjaan dan karier kita. Merek aini adalah ibaratnya sepeti minuman segar, handuk hangat, kata-kata motivasi pelatih, dan hal-hal lain yang didapatkan juara dunia seperti Muhamad Ali, agar dia menang terus menerus dan meraih gelar juara dunia (dan mempertahankannya).
Kalau kita ingin perform dengan baik, dalam jangka Panjang, focus, focus, focus.,
Carpe diem, seize the day, do you best for that everyday that we live.
**
Sometimes life is easy (we are the one who make it complicated).
Stay focus, dengan melakukan 3 hal ini:
- Do your best everyday
- Take a break, motivate yourself after work,
- Be ready to stand up and perform again on the next day
Salam Hangat,
Pambudi Sunarsihanto