SAAT KITA HARUS TETAP MENJAGA KESEIMBANGAN HIDUP
Saya baru saja mendapatkan cerita sedih. Seorang sahabat saja mengalami mental break-down, dan harus dirawat berbulan-bulan.
Sebut saja namanya Sebastian (bukan nama sebenarnya, sahabat saya sejak saya kuliah di Perancis, waktu itu dia mengambil kuliah Finance saat saya mengambil kuliah di bidang Computer Sciences).
Beberapa puluh tahun kemudian, saya pulang ke Indonesia, menjalani kehidupan saya. Dia masih di Perancis, dan sukses sebagai Finance Director, hidup berbahagia bersama istri dan dua anaknya yang lucu.
Sebastian rajin berolahraga, dia rajin lari, renang dan bersepeda, bakan ikut lomba triathlon . Badannya sehat walafiat. Facebooknya selalu kelihatan cerah dan Bahagia.
Beberapa bulan yang lalu, di Whatsapps group, dia memberi kabar.
“Teman-teman, saya harus update bahwa sayangnya saya baru saja mengalami mental break down dan harus dirawat di rumah sakit beberapa bulan ini. Saya perlu beristirahat beberapa bulan lagi, dan sementara saya masih di rumah sakit.”
Kabar itu mengejutkan kami semua.
Sebastian yang beberapa bulan lalu kelihatan begitu happy, bersama keluarganya, dan juga rajin berolahraga, ternyata mengalami hal itu.
**
Saya juga tidak tahu persisnya apa penyebabnya pada Sebastian. Tetapi mental break down itu sering kali dipicu oleh stres berat dan dapat menimbulkan gejala psikologis maupun fisik. Tanda-tanda gangguannya bisa berbeda-beda pada setiap orang., dan mereka mungkin mengalami gejala-gejala fisik, psikologis dan perilaku sehari-hari.
Sebenarnya kasus Sebastian ini sering terjadi. Saya mengenal beberapa kenalan yang level senior leader yang mengalami hal yang sama. Mengapa demikian?
Mari kita analogykan hal ini dengan sebuah mobil balap yang harus berjalan secepat cepatnya untuk mencapai finnish menjadi juara pertama. Mobil yang berjalan kencang pasti mesinnya panas.
Tetapi mari kita lihat lebijh dahulu, apa saja yang menjadi bagian dari mobil balap itu.
1. Engine (CC Mesin Mobil)
Ukuran mesin mobil melambangkan IQ atau kecerdasan yang kita miliki.
Semakin tinggi CC semakin cepat mobilnya. Semakin tinggi IQ semakin tinggi kemampuan belajar dan menyelesaikan masalah kompleks di pekerjaan. IQ itu penting !
Dan tentunya IQ bukan satu satunya faktor yang menentukan keberhasilan kita.
**
2. Emotional Intelligence (steering wheel, ability to drive).
Percuma punya mobil dengan mesin yang besar dan CC yang tinggi ternyata tidak bisa menyetir, nanti nabrak-nabrak
Sama persis, tidak ada gunanya punya kacerdasan tinggi tapi tidak bisa bekerja sama dengan timnya, tidak mampu mengorganisasi pekerjaanya dan tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Nah faktor faktor inilah yang termasuk dalam Emotional Intelligence. Kemampuan kita untuk mengendalikan emosi dan menggunakan kekuatan kita dalam karier.
**
3. Adversity Quotient (pedal gas, accelerator).
Kadang kadang saya mengenal orang dengan kecerdasan dan emotional intelligence yang tinggi tetapi tetap saja tidak berhasil dalam hidupnya. Nah , analoginya adalah seperti mobil dengan CC yang tinggi dan sopir yang jago tetapi tidak berani menginjak gaz nya. Takut nabrak dan tidak berani mengambil resiko. Dalam kehidupan juga ada orang cerdas dan pintar mengendalikan emosinya . Tetapi mereka tidak mempunyai daya juang dan fighting spirit yang tinggi. Tidak ada keinginan yang kuat untuk mengubah nasib. Persistence and perserverance are the key to your success. Kegigihan dan ketekunan adalah kubnci kesuksesan kita.
**
4. Spiritual Quotient (including stress management quotient)
Ini adalah radiator yang berfungsi untuk mendinginkan mesin mobil pada saat kecepatannya tinggi. Ini mengingatkan kita bahwa pada saat kita menyetir mobil dengan kecepatan tinggi (karena mesin kita CC nya tinggi, karena sopirnya jago nyetir, dan berani menginjak gas) kita juga perlu yakin bahwa radiator kita berjalan dengan baik. Kalau tidak nanti mesin terlalu panas dan bisa bisa turun mesin.
Dalam karier kita, semuanya akan berjalan begitu cepat. Dan kalau karier kita melesat cepat, kemungkinan besar kecerdasan kita tinggi, kita mampu mengendalikan emosi, dan kita juga mempunyai fighting spirit yang tinggi.
Tetapi tentunya akan banyak pressure dan stress yang tinggi di pekerjaan kita . Kita harus mampu memanage stress dan pressure kita dengan baik. Kalau tidak bisa bisa otak kita harus "turun mesin" dan mungkin kita akan depresi dan frustasi. Dan ini yang menyebabkan banyak sekali orang sukses yang frustasi, depresi dan bahkan bunuh diri.
Karena semakin tinggi posisinya tentunya semakin tinggi juga stress dan pressurenya. Jadi kita akan memerlukan penyeimbangnya. Di sinilah pentingnya aspect spiritual.
Saya mengobservasi beberapa business leaders di Indonesia maupun di luar negeri. Ada yang dengan menekuni agamanya sesuai kepercayaannya. And that's great they found their inner peace. Ada yang active di kegiatan charity. Ada yang menekuni hobby nya sebagai sarana untuk melepaskan pressure dan stress.
**
So in summary, what you need to balance are :
- kecerdasan
- emotional intelligence (kemampuan mengendalikan emosi, berkomunikasi, bekerjasama)
- adversity (daya juang)
- spirituality (kemampuan mencari inner peace dan kebahagiaan dalam diri sendiri)
Dan keempat aspect itu seperti empat kaki meja. Idealnya empat kaki meja kokoh dan seimbang. Satu kaki patah,meja mulai goyang, tidak stabil. Dua kaki patah, maka meja pun roboh, tak bisa berdiri lagi.
Maka kita perlu mengingatkan diri untuk menjaga keseimbangan di antara 4 hal di atas.
**
Salam Hangat
Pambudi Sunarsihanto