DO THEY LIKE SPENDING TIME WITH YOU?

 

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti sebuah sharing session dari seorang konsultan internasional. Dia sharing tentang sebuah survei di mana mereka menanyakan kepada para eksekutif di seluruh dunia. 

Pertanyaannya hanya ada 2.

a) Sebutkan 3 orang yang Anda suka banget menghabiskan waktu bersama dengan mereka

b) Sebutkan 3 orang yang Anda paling benci menghabiskan waktu bersama dengan mereka?

**

Coba dong, ambil selembar kertas dan pulpen dan tuliskan jawaban Anda. OK. Mari kita cocokkan jawaban Anda dengan jawaban yang paling populer di dunia. Berdasarkan survei tersebut, orang yang paling kita suka menghabiskan waktu bersama mereka, adalah:

1. *Teman*

2. *Keluarga*

3. *Istri/suami*

And please, jangan protes kenapa istri/suami tidak di posisi pertama. Itu kan bukan jawaban saya   Itu adalah jawaban yang paling populer di dunia.

**

Nah, sekarang jawaban pertanyaan kedua…. (hati-hati ya, siap siap tersinggung   ).

Berdasarkan survey tersebut, orang yang paling dibenci untuk menghabiskan waktu bersama-sama:

1. *BOSS*

2. *Teman kerja*

3. *Customer*

Biasanya di sini para anak buah akan mengangguk-angguk dan berpikir, “Bener juga ya”

Dan para bos akan bertanya dengan sengit:

* itu survei di mana?

* siapa contohnya?

* metodologinya bagaimana?

(saya tahu, Sebagian pembaca artikel ini, akan mempunyai resiko tersebut, so don’t worry, you are not alone! Well bukan YWNWA, yang baru saja kalah sabtu malam). But, lets be open mind about it.

**

Kalau Anda sebagai anak buah merasa Anda tidak membenci spending time with your boss, maka syukurilah suasana Anda sekarang. Survey di atas menyatakan hasil rata-rata di dunia, jadi wajar kalau ternyata hasil di beberapa geographical area bisa saja berbeda. But what is interesting adalah mungkin tidak banyak orang yang menempatkan bos pada daftar posisi orang yang mereka suka menghabiskan waktu bersama. Padahal *as a boss,  you have to lead them, you have to give instruction, you have to develop them, and you have to motivate them. And if they don’t like you, how can you do with all of those?* OK, saya tahu, bahwa tujuan Anda sebagai bos bukan untuk menjadi orang yang paling disukai atau popular. It is true, there are times that you have to make a call and *make a difficult decision*.

But one of your job is also to lead them, to develop them, to influence them and to motivate them. 

*If they hate spending time with you, how can you achieve those?*

**

Pada setiap survey engagement karyawan, biasanya ada pernyataan:

“I believe my leader will do what they say they will do” (Saya percaya leader saya akan melakukan apa yang mereka bilang akan mereka lakukan). Sayangnya jarang sekali perusahaan mempunyai skor tinggi pada penyataan ini. Mengapa?

Karena seringkali terjadi inkonsistensi antara apa yang diucapkan oleh seorang leader dan apa yang dilakukannya. Akibatnya, makin lama makin susah bagi anak buah untuk mempercayai pemimpinnya. Dan makin lama makin susah bagi anak buah untuk menyukai pemimpinnya. Anak buah pun hanya datang untuk bekerja dan pulang setiap sore tanpa semangat untuk melakukan yang terbaik.

**

Remember, trust is earned, not given. You have to work hard to get the trust (from your team members). Jadi, itulah mengapa di dalam survei di atas banyak anak buah benci banget spending time with their boss. Pada hal mestinya step by step yang terjadi adalah:

1. *They like you*

2. *They listen to you*

3 . *They learn from you*

4. *They are led by you*

5. *They laugh with you*

When the team is solid, they spend time together and the team who work well together should also laugh together.

**

So, bagaimana dong untuk mencapai level itu? Lets try these…

1. *Recognize their achievement and contribution.*

Kapan terakhir kali Anda memuji anak buah Anda? Kapan terakhir kali Anda bilang ke seluruh tim bahwa apa yang mereka lakukan sangat berkontribusi signifikan bagi Perusahaan? Your team work hard for their tasks. May be the result is not yet there sometimes, but the extra effort are there. Pujilah mereka, katakan Thank You, salami, sebutlah nama mereka dengan positif di team meeting. They will feel appreciated.

**

2. *Make the work challenging*

Jangan memberikan pekerjaan yang sama berulang-ulang. Anak buah Anda juga ingin maju. Mereka juga ingin belajar. Jangan semua pekerjaan yang menarik Anda kerjakan sendiri dan yang menjenuhkan dan membosankan dikasih ke anak buah. Pikirkan untuk memberikan pekerjaan yang menarik dan membuat mereka belajar dan akhirnya mereka akan maju.

**

3. *Make the work interesting*

Pikirkan bagaimana membuat suasana kerja lebih menyenangkan dan lebih menarik. Bisa dimulai dengan dekorasi ruang, background music, suasana kerja yang ramah, suasana yang unofficial, team activity bersama, lunch, dinner bersama. Suasana kerja yang under pressure akan membutuhkan balance dengan hal hal yang menumbuhkan positive atmosphere.

**

4. *Develop them*

Tidak ada orang yang ingin melakukan pekerjaan yang sama seumur hidupnya, mereka ingin dipromosi.

Mereka ingin kemajuan karir mereka. Develop them. Send them to some trainings. Recommend them some great books. Coach them. Help them to build their network.

**

5. *Encourage them to take their own responsibility and accountability*

Meskipun Anda sebagai bos akan membantu mereka untuk mengembangkan kariernya, tetapi tekankan bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap karier mereka sendiri, mereka harus take ownership.

Ibaratnya pesawat, mungkin ada teknisi yang menyiapkan mesinnya (HR), ada pramugari yang bisa membantu (coach) dan ada traffic controller yang mengarahkan (supervisor). Tetapi kalau pilotnya tidak mau start the engine, pesawatnya nggak akan pernah take off.

They have to be the pilot of their own career.

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


IT’S OK TO BE NOT OK

 

**

Zahra termenung, muram, sedih, beberapa hari ini susah tidur. Zahra sudah berusia 27 tahun, sudah lulus S-1 Ekonomi 3 tahun yang lalu. Sayangnya belum mendapatkan pekerjaan juga. Dia menyambung hidup dengan ikut program magang, dari satu program ke program berikutnya. Sementara teman-temannya mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih bagus, atau sudah menjadi manager, atau sudah bergabung dengan start-up yang menjanjikan.

Zahra sampai tidak berani datang ke acara makan-makan dan nongkrong bersama teman-teman seangkatan di universitas. Dia malu, setiap kali ditanya,”Lu sekarang kerja di mana?”

Zahra menutup diri, mengisolasi. Dia menjalankan tugas-tugas internshipnya, kemudian jam 5 sore teng, dia menutup laptopnya, dan menghibur dengan kesendiriannya di kamar kos, dia tak mampu keluar rumah jalan-jalan ke mall seperti temannya. Akhirnya dia banyak merokok, bahka kadang minum bir, dalam kesendiriannya, di malam yang dingin dan menyakitkan. Zahra tidak berani menceritakan hal ini ke orang lain, malu, takut diledek, tidak punya keberanian.

**

Situasi Zahra mungkin saja dialami beberapa anak muda lainnya. Mereka malu dengan phase kehidupan mereka, di mana meraka menganggap dirinya belum berhasil. Akibatnya menutup diri.

Padahal "It’s ok to not be ok".

Kita semua perlu memberikan dukungan kepada orang-orang yang mengalami tantangan emosional atau mental. Seseorang tidak harus merasa baik, dan kalau kita memang sedang berjuang , feeling down secara emosional atau mental itu adalah hal yang normal dan dapat diterima.

Kita semua perlu embantu seseorang merasa tenang ketika mereka mengalami kesulitan emosional atau mental. Misalnya, jika Kita melihat seorang teman sedang sedih atau depresi, Kita dapat mengatakan "It’s ok not be ok" kepada mereka. Ini berarti Kita menawarkan dukungan emosional dan bahwa perasaan mereka normal.

**

Zahra, atau mereka yang masih muda, dan memerlukan bantuan, juga tidak perlu malu.

Angaplah bahwa hidup ini adalah perjalanan mendaki gunung. Sangat wajar kalau dalam pendakian pertama, kita masih merasa hilang dan tersesat. Saat melihat pendaki gunung lain yang turun gunung dari arah berlawanan, it is okay untuk menanyakan jalan yang tepat, kan mereka sudah tahu, setelah mereka pulang, mungkin saja sebelumnya mereka tersesat untuk menuju ke puncak.

So, it is okay to ask and get help.

**


Membicarakan kesehatan mental Kita mungkin terasa sulit, terutama saat Kita merasa sedih, khawatir, atau cemas. Namun, berbicara dengan seseorang tentang perasaan Kita dapat membantu Kita melihat sesuatu secara berbeda dan menemukan jalan keluar.

**

Kapan harus berbicara dengan seseorang

Kesehatan mental yang baik tidak berarti selalu merasa bahagia atau positif. Setiap orang memiliki suka dan duka, dan kita semua terkadang bisa merasa stres atau khawatir. Namun, ketika perasaan-perasaan tersebut mulai memengaruhi kehidupan sehari-hari Kita, itu bisa menjadi tkita bahwa Kita membutuhkan dukungan. Menyadari saat Kita sedang berjuang adalah langkah pertama, dan menghubungi seseorang dapat membuat perbedaan besar.

**

Pilih siapa yang akan diajak bicara

Mulailah dengan memikirkan siapa yang bisa Kita ajak bicara. Luangkan waktu sejenak untuk menuliskan beberapa orang yang Kita percaya di ponsel atau selembar kertas. Mungkin teman, anggota keluarga, atau kolega yang dekat dengan Kita, atau Kita mungkin merasa lebih mudah untuk terbuka kepada seseorang yang tidak terlalu Kita kenal. Saat Kita memutuskan siapa yang akan diajak bicara, beri tahu mereka jenis dukungan apa yang Kita inginkan. Mereka mungkin akan bertanya atau meminta sesuatu kepada Kita juga. Ingatlah bahwa tidak semua orang akan merasa mampu memberikan dukungan yang Kita butuhkan.

Jika orang yang Kita pilih tidak merasa mampu mendukung Kita, jangan anggap ini sebagai hal yang pribadi. Mungkin ada berbagai alasan mengapa mereka belum siap. Pertimbangkan kembali siapa lagi yang menurut Kita mungkin bermanfaat untuk diajak bicara.

**

Rencanakan apa yang ingin Kita katakana

Sebelum berbicara, luangkan waktu sejenak untuk memikirkan apa yang ingin Kita katakan. Menuliskan beberapa pemikiran di ponsel atau selembar kertas dapat membantu. Kita tidak harus mengatakan semuanya sekaligus. Mulailah dengan mengatakan, "Saya merasa [stres/khawatir/cemas] dan saya hanya butuh seseorang untuk diajak bicara." 

Memilih waktu dan tempat yang tepat juga dapat membantu. Beberapa orang merasa lebih mudah berbicara sambil berjalan, di dalam mobil, atau melakukan sesuatu seperti memasak. 

Ini dapat membuat percakapan terasa lebih alami dan mengurangi tekanan pada kontak mata, yang sulit bagi sebagian orang. Berbicara di telepon juga dapat membantu. Usahakan mengobrol ketika Kita berdua punya waktu, agar tidak terasa terburu-buru. Namun, jangan biarkan kesempatan yang tepat menghalangi Kita untuk berdiskusi!

*


Memulai Percakapan

Setelah Kita memilih seseorang, beri tahu mereka apa yang Kita butuhkan dari percakapan tersebut. Kita mungkin menginginkan saran, dukungan, atau sekadar seseorang untuk mendengarkan. Tidak masalah untuk memberi tahu mereka hal itu.

Ajak mereka untuk bertanya, percakapan berjalan dua arah dan mereka mungkin juga menghargai kesempatan untuk berbicara dengan Kita.

*

Communication Tips

Ada beberapa tips yang bisa kita pertimbangkan untuk melakukan diskusi tersebutL

- Jujur: Bicaralah berdasarkan pengalaman Kita; gunakan pernyataan "saya" (misalnya, "Saya merasa cemas...").

- Gunakan Bahasa yang Jelas: Jelaskan perasaan dan pengalaman Kita.

- Mintalah Apa yang Kita Butuhkan: Entah itu mendengarkan, memberi saran, atau membantu menyelesaikan tugas.

- Bersiaplah untuk Reaksi: Orang mungkin merespons dengan terkejut, empati, atau ragu, atau bisa juga langsung memberikan nasihat.

Tidak apa, kita harus percaya, dengan didengarkan, sebenarnya sudah satu Langkah kemajuan, kalau ternyata mendapatkan saran yang postif, Alhamdulillah, kita mencapai tujuan kita.

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


HIMASALJU (HIMpunan MAhasiswa SALah JUrusan)

Dila baru lulus jurusan Teknik Mesin, di sebuah perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Saat selesai mengujinya, dosen pembimbingnya mengucapkan selamat,”Kamu hebat! Bisa lulus Teknik Mesin dalam waktu 4 tahun tepat. Dan itupun termasuk 6 bulan program kuliah di Korea. Hebat ya …Selamat!”

“Terima kasih, Pak.”

“Terus , habis ini gimana? Kuliah S-2 Teknik Mesin? Atau kerja di Engineering?”

“Oh … saya sudah rencana untuk bekerja di bisnis Pak. Bukan di Teknik Mesin lagi.”

“Lho, mengapa?”

*Passion saya di dalam bisnis* Pak. Waktu saya kuliah di Korea 6 bulan, saya ambil Finance dan Business, saya lebih enjoy belajar dan bekerja di bidang itu?”

“Lho, orang tuamu memperbolehkan kamu? Mereka gak marah  membiayai bertahun-tahun kuliah 4 tahun dan ternyata tidak terpakai?”

“Maaf Pak. Pertama, *orang tua saya tidak pernah menyuruh atau melarang* saya. Saya kuliah Teknik Mesin itu pilihan saya sendiri.

Kedua, kata ayah saya, kuliah saya itu belajar bukan hanya Teknik Mesin, tetapi *belajar untuk memahami dan menganalisas proses yang kompleks*, kemudian 

*Memecahkan masalah yang rumit dengan cara sederhana*. Dan itu akan dipakai di semua bidang pekerjaan Pak”

Pak Anto,  dosennya, masih agak kebingungan.

**

Betapa beruntungnya Dila yang orang tuanya membebaskan pilihan ke Dila. *It is her life, it is her adventure, hence it should be her choice!*

Dan masih banyak orang-orang  yang mempermasalahkan pekerjaan dengan ijazah.

Tapi di Indonesia memang mungkin pemahaman hasil ini masih kurang ya.

Wajar, Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia untuk tahun 2024 masih tergolong rendah. Baru di ASEAN, Indonesia berada di peringkat ke-6, di belakang Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Masih kalah jauh untuk menjadi yang terbaik.

**

Padahal di negara-negara maju hal ini sudah lama terjadi. Dulu pernah CEO Citibank Asia Pacific adalah lulusan Teknik Nuklir.

Tahun 2000-an

Project Manager terbaik di Nokia Networks Asia Pacific adalah lulusan sosiologi. 

Padahal Menteri Kesehatan kita lulusan Fisika, Menteri Keuangan lulusan Elektro. Dan ini bukan hanya di pemerintahan, di perusahaan Multinational company juga.

Saat ini CEO sebuah bank asing terkenal adalah lulusan Kimia dari Amerika. Sekarang ini, HR Director di sebuah perusahaan air mineral terbesar adalah lulusan Teknik Nuklir dari UGM.

Saat saya masih kerja di Citibank, CEO Citibank Asia Pacific lulusan Teknik Nuklir. 

Buku-buku saya diterbitkan oleh sebuah penerbit terkenal di Bandung. Waktu itu CEO nya adalah lulusan Astronomi.

Seperti disampaikan orang tua Dila, kuliah itu belajar bukan hanya jurusannya, tetapi belajar untuk memahami dan menganalisas proses yang kompleks, kemudian memecahkan masalah yang rumit dengan cara sederhana. Dan itu akan dipakai di semua bidang pekerjaan.

Maka di perusahaan-perusahaan terkenal, pasti ada program Management Trainee (atau Graduate development program), yang menerima mahasiswa dari jurusan apapun, dan dikembangkan dalam bidang apapun yang dibutuhkan di perusahaan (sales, marketing, operations, productions ...etc).

*

Terus kadang ada yang bertanya,”Kan ada yang bilang, kalau sebuah urusah diserahkan pada bukan ahlinya, maka akan binasa”

Benar sekali, yang *dipermasalahkan  adalah keahlian* (bukan ijasahnya).

Sebuah negara di Afrika menyerahkan posisi Menteri keuangan pada lulusan ekonomi keuangan, ternyata ekonominya negara itu juga gak bagus juga,  angka pengangguran banyak, kemampuan beli kelas menengah turun, di sebuah negara di Afrika itu.

*Ternyata keahlian tidak ditentukan oleh ijasahnya*. Kalau diam mau belajar, mungkin saja S-2, S-2 atau bahkan autodidact (belajar sendiri) dengan tekun, ternyata juga bisa menjadi ahli,

**


Banyak di antara kita yang tenggelam dalam bidang yang kita tekuni. Lupa untuk belajar something new. Padahal *skills apapun yang kita kuasai suatu saat akan tergantikan oleh computer yang harganya makin murah*. That’s life. *Your strength can kill you.*

Seorang sahabat saya baru saja kehilangan pekerjaannya, terkena efisiensi dari perusahaannya, karena industry di mana dia bekerja sedang terkena krisis, dan trend bisnisnya terus menurun.

Sekarang dia kebingungan mencari pekerjaan karena dia hanya menguasai skills itu. Padahal dia pintar sekali. Lupa untuk mempelajari hal-hal lain di luar bidang keilmuannya.

Kenapa gak buka usaha sendiri? Buka usaha sendiri juga perlu kemampuan finance, marketing …dll, di luar bidang yang dia dalami selama ini.

*Kuncinya adalah belajar terus*, dan menghargai orang lain yang pernah berhasil membuktikan dirinya mampu mempelajari beberapa bidang keahlian, di luar bidang yang tadinya dialami di kuliahnya.

*That’s agility*.


Saya sendiri pernah melakukannya pada saat saya memulai karier saya sebagai IT engineer dan IT project manager, saya melihat prospek yang lebih cerah di HR field. Saya pun kuliah lagi ambil MBA.Dan sejak itu pun karier saya di HR field berkembang pesat.

Intinya , memang anda harus mengandalkan core competence anda. Dan anda harus bekerja semaximal mungkin untuk berkontribusi dan mengembangkan karier anda pada bidang yang sesuai dengan passion anda.

Sambil memperlajari bidang lain untuk meningkatkan portfolio anda. And *be  open mind about it*.

It worked for others, , it worked for me and it might work for you too.

*

Jadi apa yang harus anda lakukan, untuk mempersiapkan Plan B dalam karier anda? Coba ikuti lima rekomendasi di bawah ini :

a) *Be open-minded about where you want to work.*

Jangan menganggap bahwa karier anda adalah job yang anda lakukan sekarang. Terbukalah pada alternative lain.

Siapa tahu anda mempunyai “hidden talent” yang anda bisa explore dan ternyata performance anda lebih bagus di situ.

You dont know until you try.

Be open mind.

Explore and experiment.

*

b) *Think about alternative jobs you could do with your qualifications and strengths.* 

Mestinya anda punya competence lain (finance, presentation skills, customer handling, people management ...etc).

Coba pikirkan job apa lagi yang bisa anda kerjakan selain job anda sekarang.

*

c) *Strengthen your secondary competences*

Perkuat secondary competences anda. Bisa dengan ikut training, belajar dari orang lain (coaching), tetapi terutama dengan learning by doing.

Secara suka rela tawarkan diri anda untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam tugas tugas di luar scope pekerjaan anda sekarang.

This is the best way to learn.

*

d) *Focus on your own development*

Mudah sekali bercita-cita untuk mengembangkan diri kita, mengembamgkan kompetensi kita. Tetapi begitu masuk dalam rutinitas kerja, seringkali terlupakan juga.

Focus on your own self development.

Make it your priority.

Remember, your success and survival in the future will depend on it.

*

e) *Build and expand your networks*

Jangan lupa membangun dan memperluas networking anda. Seringkali informasi tentang karier dan opportunity akan anda dapatkan dari networking anda.

Perkenalkan diri anda, competences anda dan apa yang anda bisa bantu kepada orang-orang di networking ands.

**

Jadi ingat ya, untuk mempersiapkan Plan B dalam karier anda. Coba ikuti lima rekomendasi di bawah ini :

a) Be open-minded about where you want to work. 

b) Think about alternative jobs you could do with your qualifications and strengths. 

c) Build a secondary competences

d) Focus on your own development

e) Build and expand your networks

*

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


Kisah Inspiratif Keluarga "Crazy Parenting": Dari Eksperimen Liar Menuju Prestasi Global (Ulasan buku "Crazy Parenting" , ditulis oleh Kendrick Filbert)

Di balik setiap anak yang luar biasa, biasanya ada orang tua yang luar biasa. Namun dalam kisah keluarga ini, kata "luar biasa" terasa terlalu ringan. 

Ini bukan hanya tentang membesarkan anak dengan cinta atau disiplin. 

Ini tentang *sebuah keluarga yang cukup berani untuk mengambil langkah paling liar, paling tidak konvensional, dan seringkali crazy, tetapi ini adalah jalan untuk mempersiapkan anak-anak mereka menghadapi masa depan*.

Pambudi Sunarsihanto, seorang HR Leader yang cukup popular di Indonesia, dikenal tidak hanya karena keahlian profesionalnya tetapi juga karena pendekatannya yang ekstrem (dan, seperti yang banyak disebut, "crazy") dalam membesarkan anak-anaknya. 

Bersama istrinya, dia menulis ulang buku aturan pengasuhan anak, bukan melalui teori, seminar, atau ceramah, tetapi melalui eksperimen langsung, seperti keluarga mereka sendiri sekaligus object experiment mereka.

** 

Apa sebenarnya "Crazy Parenting" itu? 

*Bayangkan anak- anak yang dibesarkan dengan tantangan-tantangan yang tidak biasa, seperti kewajiban berbicara di depan umum sejak SD, menjalankan vlog atau bisnis kecil-kecilan sebelum remaja, atau berkompetisi di kompetisi internasional di usia dini.*

Bukan untuk pamer, tetapi karena sang ayah sangat yakin: anak-anak harus dibentuk sejak dini untuk menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian.

** 

Dan mereka benar-benar melakukannya. 

*Dari rafting, bungee jumping, mengunjungi kuburan pada malam Jum’at, bermain ular piton sepanjang 8 meter, mendaki gunung Semeru, memasuki gua gelap gulita selama 6 jam*, hingga pindah ke negara lain di mana mereka tidak bisa berbicara bahasa mereka, anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang intens sekaligus penuh tawa. 

** 

*Perjalanan Ilma: Dari Kegagalan sebuah Magic Show, Menuju Prestasi Akademik.*


Salah satu kisah paling mengharukan adalah tentang putri mereka, Ilma. Sejak kecil, ia ditantang untuk tampil di depan umum. Namun tidak semuanya berjalan mulus. Ia pernah menghadapi kegagalan yang memalukan dalam kompetisi sulap, triknya gagal, ia menangis, penonton kebingungan, dan Ilma sendiri hancur. Alih-alih memarahinya, ayahnya justru memintanya untuk merenung: *Apa yang bisa kau pelajari dari ini?* 

Dari situ, Ilma bangkit. Ia kembali mengikuti kompetisi, berlatih lebih keras, dan akhirnya menang di percobaan berikutnya. Namun perjalanannya tidak berhenti di panggung sulap. Ilma juga terdorong untuk mengeksplorasi minat akademisnya. Ia menemukan hasratnya di bidang engineering. Dengan perpaduan kerja keras yang tak kenal lelah dan dukungan keluarga yang tak tergoyahkan, *Ilma meraih skor persentil ke-98 yang mencengangkan dalam SAT, yang berarti ia berada di 2% pelajar terbaik di dunia.* 

Dari sana, tawaran beasiswa mengalir deras, dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Skotlandia, Singapura, dan Selandia Baru. Ilma bahkan menulis dan menerbitkan buku *How did I get 7 scholarship in 7 countries*.

Namun ia tidak memilih hanya berdasarkan gengsi. Setelah berdiskusi mendalam dan riset mendalam, Ilma memutuskan untuk kuliah Teknik Kimia di Universitas Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Keputusan ini bukannya tanpa risiko. Sebagai mahasiswa internasional, mencari pekerjaan di AS tidak pernah mudah, terutama selama pandemi global (COVID-19). Hasilnya? Ilma tidak hanya lulus dengan pujian, tetapi juga mendapatkan peran sebagai Analis Data Senior di AS, bahkan sebelum itu, ia telah mendapatkan posisi di Goldman Sachs. 

** 

*It takes a village to grow a child.*

Ini tentang Kerjasama dan teamwork seluruh keluarga,

Pendekatan "pengasuhan crazy" tidak pernah ditujukan hanya untuk satu anak. Saudara-sudara kandung Ilma juga tumbuh dengan filosofi yang sama, dibentuk melalui eksperimen yang tidak biasa namun sangat efektif. 

*Setiap anak menghadapi tantangan yang disesuaikan dengan bakat dan minat mereka*. 

Seorang anak akan mengorganisir acara amal keluarga (magic and motivation di panti asuhan), yang lain membuka e-commerce, atau bahkan memimpin perjalanan ke luar negeri dengan anggaran tetap sambil mengelola seluruh rencana perjalanan. 

Prinsip panduannya jelas: *Jangan perlakukan anak-anak seperti boneka porselen yang rapuh*. 

*Biarkan mereka jatuh, bangun, gagal, coba lagi, karena dunia nyata tidaklah lembut, dan tugas orang tua adalah mempersiapkan mereka untuk itu*.

 Itulah sebabnya mereka menyebutnya sebagai pola asuh crazy. 

** 

*Menjaga Ikatan Keluarga Tetap Kuat*.

Mungkin bagian yang paling menarik adalah *bagaimana keluarga ini tetap connected, meskipun menghadapi semua tantangan dan ekspektasi tinggi*. 

Di sela-sela kegiatan akademis dan kompetisi, mereka meluangkan waktu untuk kegiatan keluarga yang unik: membuat film liburan mereka, bermain kartu bersama secara online, menonton film bersama secara virtual, memasak bersama, berlibur ke negara-negara baru *(mereka mempunyai target, bahwa jumlah negara yang dikunjungi harus sama dengan jumlah tahun dalam usia mereka)*.

Crazy? Tentu saja. Efektif? Tak bisa diragukan lagi. 

** 

Lebih dari Sekadar Kisah Pengasuhan anak. 

Ini adalah kumpulan pengalaman dan life-experience yang dirangkum dalam buku terbaru Pambudi Sunarsihanto, *Crazy Parenting*. 

Buku ini bukan buku panduan, bukan pula ceramah—ini kisah nyata dari sebuah keluarga yang memilih untuk "melawan arus." Banyak bagian yang akan membuat Anda tertawa, yang lain akan membuat Anda merenung: sudahkah kita, sebagai orang tua (atau calon orang tua), benar-benar mempersiapkan anak-anak kita untuk dunia di masa depan? 

Intisari Kisah mereka adalah pengingat bahwa *mengasuh anak bukan hanya tentang membesarkan anak, tetapi juga tentang membentuk manusia yang tangguh, mandiri, dan gemar membaca.*

**

Artikel di atas ditulis oleh Kendrick Filbert, seorang praktisi Artificial Inteliigence yang aktif menulis di berbagai media, dan tulisan di atas memenangkan ajang kompetisi #merdekamembaca yang diselenggarakan oleh Penerbit Buku Kompas.


How to set Boundaries with your Team

Thalia bekerja di sebuah perusahaan teknologi di Jakarta sebagai internal audit. Dia perform dengan sangat bagus, dan dia menikmati kehidupannya. Suaminya adalah seorang investor saham, dan menghabiskan waktunya sehari hari, di rumah mereka di Cikarang. Dia bekerja keras, berjam-jam setiap hari, tapi karena kecerdasan financialnya, dia mempunyai pendapatan yang lebih dari cukup untuk kehidupan mereka. Thalia lebih suka kos di Jakarta, lebih happy, lebih produktif. Seorang mentornya mengajarinya (Live Closer, Start Earlier and Perform Better). Mereka bertemu setiap Sabtu Minggu dengan happy, karena mereka jadi kangen setelah berpisah selama lima hari kerja,

Everything is running well for her life. Dengan kebahagiaan itu, dia memutuskan untuk “child-free” (tidak ingin mempunyai anak). Dia melihat kehidupan orang lain, yang lebih repot, rumit, ribet, dan resek. Thalia mempunyai dua keponakan yang lucu-lucu di dekat rumahnya di Bekasi. Setiap kali mereka kangen anak-anak mereka, dia datang ke mereka, bermain dengan mereka, memanjakan mereka, membelikan banyak mainan buat mereka. And she is happy!

 

Leader Thalia saat ini Bernama Ruddy, seorang General Manager marketing, dengan performa yang sangat bagus, mempunyai istri dan 3 anak yang sangat Bahagia. Sebagai atasan yang baik, Ruddy sering mengapresiasi Thalia, dan melakukan coaching yang meningkatkan kinerjanya. Sebagai seorang yang sangat religious, Ruddy juga sering menasihati Thalia, “Sebaiknya kamu tetap mempunyai anak. Itu takdir kita sebagai manusia. Dengan mempunyai anak, kita bisa membesarkan mereka, mengajari mereka nilai-nilai agama yang baik, dan mendidik generasi berikutnya yang lebih baik.”

Karena seringnya Ruddy melakukan hal itu, lama-lama Thalia, merasa terganggu. Dia tidak nyaman lagi berdiskusi dengan Ruddy (he keeps doing it, dan gak mengerti bahwa Thalia gak merasa nyaman).  Thalia tidak berani menyatakan ketidaksukaannya. Lama-lama Thalia merasa muak kalau bertemu dengan Ruddy. Akhirnya saat seorang headhunter menawarkan pekerjaan lain, Thalia dengan mudahnya mengundurkan diri, dan pergi begitu saja.

Ruddy kaget.

**

Apa yang sedang terjadi?

Ruddy memang performer yang baik, leader yang care, dan individu yang religious. Tetapi Ruddy lupa bahwa *sebagai atasan dia tetap harus menjaga jarak psikologis tertentu dengan anggota teamnya*. Mereka itu bukan anak kandung kita. Mereka juga bukan target dari seluruh nasihat kita tentang kehidupan. Kita berhak memberikan advise seputar pekerjaan dan karir professional. Tetapi belum tentu mereka menerima advise kita tentang kehidupan, pernikahan, agama, keluarga, atau aspek pribadi lain. Mestinya Ruddy tidak terlalu mancampuri hal-hal pribadi seperti itu.

*Sebagai leader, menjaga batas psikologis dengan anggota team itu sangat penting*

Mengapa?

 

a)  *Menghindari Konflik Kepentingan*: Batas psikologis membantu atasan menghindari konflik kepentingan yang dapat timbul ketika hubungan dengan anggota team menjadi terlalu dekat atau tidak profesional.

b) *Meningkatkan Produktivitas*: Dengan menjaga batas psikologis, atasan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja, karena anggota team dapat fokus pada tugas dan tanggung jawab mereka tanpa terganggu oleh hubungan yang tidak profesional.

c) *Menghindari Kesalahpahaman*: Batas psikologis dapat membantu menghindari kesalahpahaman atau salah paham antara atasan dan anggota team, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan efektif.

d) *Meningkatkan Kepercayaan*: Dengan menjaga batas psikologis, atasan dapat meningkatkan kepercayaan anggota team terhadap mereka, karena anggota team merasa bahwa atasan mereka profesional dan dapat dipercaya.


**


Kalau kita lihat di atas, ujung-ujungnya adalah pada communication and trust. Dan sebaiknya Ruddy, serta leader-leader yang lain dapat meningkatkan komunikasi, bukan hanya pada perhatian atau  oaching, tetapi membuat anggota team merasa nyaman, untuk menyampaikan pendapat dalam hal apapun. 

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh leader untuk meningkatkan komunikasi dengan anggota timnya:

1. *Dengarkan Aktif dan berkomunikasi dengan terbuka*: Leader harus mendengarkan aktif apa yang dikatakan oleh anggota timnya, tanpa memotong atau menghakimi. Ini akan membuat anggota tim merasa didengar dan dihargai. Leader juga harus menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan transparan, di mana anggota tim merasa nyaman untuk berbagi ide, pendapat, dan kekhawatiran.

2. *Berikan feedback (Umpan Balik) dan tunjukkan empati*: Leader harus memberikan umpan balik yang konstruktif dan spesifik kepada anggota timnya, untuk membantu mereka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan.

3. *Tetapkan Tujuan yang Jelas*: Leader harus menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik untuk timnya, sehingga anggota tim tahu apa yang diharapkan dari mereka. Leader juga harus menunjukkan empati dan memahami kebutuhan dan kekhawatiran anggota timnya, sehingga mereka merasa didukung dan dihargai.

4. *Jujur dan Transparan*: Leader harus jujur dan transparan dalam komunikasi dengan anggota timnya, sehingga mereka dapat mempercayai dan menghormati leader.

5. *Ask for feedback (Minta Umpan Balik)*: Leader harus meminta umpan balik dari anggota timnya tentang gaya komunikasi dan kepemimpinan mereka, sehingga mereka dapat meningkatkan diri dan meningkatkan komunikasi.

 

**

Ujung-ujungnya apa? Terciptanya TRUST (rasa percaya antara leader dan anggota teamnya).

Jadi, bagaimana seorang leader bisa membina trust dan hubungan baik dengan anak buahnya?

Sebenarnya sederhana ... invest your time  time with them. Menginvestasikan waktu dengan mereka. Menganggap bahwa waktu yang leader investasikan dengan mereka juga adalah salah satu prioritasnya.

Terus apa yang harus dia lakukan bersama mereka?

Membangun kembali trust (kepercayaan) dan credibility dia sebagai seorang leader. Apa kriterianya? Ada rumus yang sangat sederhana, dari Ken Blanchard, ABCD. Able, Believable, Care dan Dependable.

Kita bahas satu persatu yuk ...

*ABLE*: Investasikan waktu kita dengan tim kita, tunjukkan ability kita.- Ability kita dalam kompetensi kita. Ability kita untuk mengelola dan mengembangkan bisnis kita. Ability kita untuk memimpin dan mengembangkan tim kita

**

*BELIEVABLE*: Kita harus bisa dipercaya. Mereka harus percaya bahwa kita mampu mengelola perusahaan ini, mampu mengembangkan perusahaan di masa depan, dan mampu mengembangkan karier mereka. Believable juga berarti kita leader dengan integrity yang tinggi yang menjadi role model yang baik bagi anak buah kita. Untuk itu kita harus menja konsistensi antara apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakana, dan apa yang kita kerjakan

**

*CARE*: Care about your people. Dengarkan mereka, perhatikan mereka, bantu mereka. Show your "care" with (not only words) but mainly actions.Remember actions are much more effective than thousand of words.

**

*DEPENDABLE*: Dependable berarti bahwa kita adalah leader yang mereka bisa andalkan:

- untuk membantu mereka dalam masalah mereka sehari hari

- membantu mereka dalam mengembangkan karier mereka

- menyelamatkan perusahaan kalau lagi krisis

- mengembangkan bisnis untu menjamin kelangsungan dan keberhasilan perusahaan di masa depan.

 


**

Just remember, untuk membangun trust, credibility dan emotional bonding kita dengan team kita, kita harus menginvestasikan waktu kita dengan mereka dan melakukan ABCD...(ABLE, BELIEVABLE, CARE, DEPENDABLE) . Gampang untuk dihafal. Mudah dikerjakan? Tidak. Apakah mungkin dilakukan? Pasti bisa, kalau kita memang mempunyai kemauan yang kuat untuk membangun tim kita.

**

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto


THE BEST WAYS TO HANDLE REJECTION

 

Bella adalah VP Finance di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Dengan kinerja-nya yang bagus dan potensinya yang tinggi, dia termasuk dalam daftar succession planning untuk menjadi Finance Director di perusahaannya. Selama 3 tahun, Bella bekerja keras, belajar meningkatkan kompetensi, meng-hire coach untuk membantunya dalam personal development, mengikuti beberapa training di Singapore pada hari Jum’at-Sabtu dengan biaya sendiri. Dia sudah melakukan banyak hal karena ambisinya untuk dipromosi menjadi Director.

Minggu lalu, HR Director Asia Pacific, menemuinya di Jakarta, untuk menyampaikan bahwa Bella memang salah satu candidate kuat, tapi akhirnya perusahaan menunjuk seorang expatriate dari Jerman untuk menduduki posisi itu. Dia menjelaskan mengapa, dan selama dua jam, dia menerangkan ke Bella, apa development plan yang perlu dijalaninya.

Bella marah, sedih , kecewa, menangis. Dia hanya mendengarkan, tak sanggup berkata apa-apa. Dan setelah meeting selesai dia langsung memanggil drivernya, meninggalkan kantor.

Di mobil, dia menelopon saya,”Mas Pam, can I meet you, please?”

Kami bertemu di Osteria Gia, di dekat kantor saya.

Bella menceritakan semuanya, masih dengan kemarahan, kesedihan, kata-kata yang terputus-putus, dan air mata yang mengalir.

Saya mendengarkan. Wajar. Bella pasti sedih, pasti kecewa, pasti marah. She needs someone to listen to (and to cry on). 

**

Berapa orang di antara kita yang pernah kecewa? Berapa orang yang pernah gagal? Berapa orang yang pernah ditolak? Pasti banyak. Saya sendiri sering. 

Saya pernah gagal waktu test menjadi Management Trainee di sebuah perusahaan Amerika saat saya lulus. Suatu saat kemudian, perusahaan yang sama membujuk saya untuk join mereka menjadi Director di perusahaan tersebut. Dan saat saya masuk menjadi Director, saya mengenali seorang kawan saya yang dulu diterima di situ sebagai Management Trainee, sekarang masih bekerja di situ, menjadi seorang Assistant Vice President (3 level di bawah level Director). Seandainya dulu saya diterima, mungkin saja saya tidak menjadi Director, (well, mungkin jadi juga, but we would never know).

Puluhan tahun yang lalu, seorang paman saya minta dibelikan tiket sebuah bus (bermerek tertentu, yang waktu itu sangat nge-top, masih baru, dan masih mewah). Saya telat membelikan tiket untuknya. Paman saya marah-marah. Saat dia terpaksa menaiki bus lain, dalam perjalanan, dia melihat bus yang ingin dia tumpangi, masuk ke jurang, kecelakaan, belasan tewas. Dia menelpon saya dan berterima kasih. Dia berkata,”Ternyata Allah menyelamatkan saya dengan cara-Nya sendiri”

**

That’s life! Sometimes we got what we want , sometimes we don’t. 

We had to do our best to achieve what we want.

But once the result is there, there is nothing we can do about it.

Well, we can be angry, cry, sad, and even scream. 

Tetapi setelah itu, pilihannya hanya 2, move on, atau gagal move on.

Kalau gagal move-on, kita gak maju-maju. Kalau move on, kita bisa bersemangat lagi, belajar lagi, dan berharap suatu saat, keberhasilan akan tiba.

Kadang Allah tidak memberikan kita sesuatu yang kita inginkan, karena Allah menyimpan yang terbaik untuk kita.

**

Terus , apa yang bisa kita lakukan, saat kita ditolak, gagal, atau tidak berhasil mencapai sesuatu?

Saya menyingkat Teknik ini menjadi satu kata “*APPEAL**.

Kita bahasi satu satu

1. *A* : *Acknowledge* Your Feelings: Terimalah fakta bahwa penolakan itu menyakitkan dan biarkan diri Anda merasakan emosi tersebut, untuk beberapa waktu.

2. *PP* : *Practice Positive* Reframing: Cobalah untuk memandang penolakan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar, bukan sebagai kegagalan.

3. *E* : *Emotional* Support: Share perasaan Anda kepada teman atau keluarga untuk mendapatkan perspektif dan dukungan emosional.

4. *A*: *Activate* your own Self-Care: Libatkan diri dalam kegiatan yang meningkatkan kebahagiaan Anda (dan mengalihkan perhatian dari rejection itu), seperti olahraga, hobi, seni atau hiburan lainnya. Perbanyak berdoa pada saat seperti ini.

5. *L*: *Learn* and Build your Resilience: Gunakan penolakan sebagai kesempatan untuk memperkuat ketahanan Anda dan mengembangkan strategi penanggulangan tantangan masa depan.

**

Terakhir, saya quote, advise dari seorang teman saya:

“Nabi Ibrahim tidak pernah tahu bahwa Allah akan mengganti Ismail dengan kambing.

 Nabi Musa tidak pernah tahu bahwa Laut Merah akan terbelah.

Abdul Muthalib tidak pernah tahu bahwa Allah akan mengirimkan burung ababil untuk membantu dalam perang.

Sebenarnya kita semua sedang menjalani takdir dan tidak tahu rahasia Allah. 

Tetapi kita tahu bahwa Allah selalu akan yang memberikan yang terbaik kepada kita.”

**

Bella mulai tersenyum,”Terima kasih mas”, katanya lembut.

Kami berpamitan dalam gelapnya malam di Jakarta.

**

Salam Hangat,


Pambudi Sunarsihanto


WHAT WOULD YOU DO WHEN YOU FACE YOUR CHALLENGES?


(Rintangan apakah yang anda singkirkan?)

••

Kita semua pasti pernah merasakan bahwa dalam  berbisnis banyak sekali rintangan yang kita hadapi.

Dan seringkali kita mengeluh pada saat kita mendapatkan rintangan itu kan?

Mari kita dengarkan cerita busines ini dan kita lihat apa yang mereka lakukanpada saat mereka menghadapi rintangan (barrier).


Cerita ini tentang Michael Dell yang menjual PC (personal computer, desktop dan laptop).

Sudah banyak sih yang menjual PC, jadi sebenarnya productnya Michael Dell sih gak istimewa istimewa banget. He did not innovate anything in term of (technical products). Makanya dia pengin menawarkan sesuatu yang lebih dengan harga yang menarik, lebih murah.

Tetapi Michael Dell harus menghadapi rintangan berat, bagaimana mau memberikan harga murah kalau dia harus memberikan komisi yang cukup besar kepada dealer, distributor dan toko-toko yang menjual PC? Waktu itu semua PC dijual melalui toko-toko.

Gimana caranya menekan harga untuk customer dalam situasi seperti itu?

Biasanya orang langsung kepikiran untuk menegosiasi ulang dengan partner, distributor, dealer, channel dan toko toko, untuk mengurangi komisi mereka? Dan apa yang akan mereka lakukan? Mereka akan menolak atau mau mengurangi komisi dengan syarat jumlah penjualan PC melalui mereka. In both Cases Dell would be screwed.


Michael Dell tidak  berfikiran seperti itu.

Dia mau menurunkan harga? Komisi partnernya tinggi? So , what will he do? Dia putuskan semua kontraknya dengan distributor, dealer dan toko-tokonya. Terus gimana Dell jualan computer? Dengan on-line channel (web based) yang dia bikin sendiri khusus untuk Dell.

Sekarang pelanggan membeli computernya sendiri melalui Internet! Keren kan? He solves one problem.

Tapi tunggu dulu .... ternyata *dengan menyelesaikan satu masalah , dia berhasil menemukan at least 3 opportunities.*


1. Karena pelanggan harus order online, berarti mereka harus bayar dulu (bahkan sebelum mereka membuat computernya). Cash flow bagus! Sementara perusahaan lain harus modal dulu, beli barangnya, dirakit, dianter, kirim invoice dan beberapa bulan kemudian baru di antar (seperti di negara kita😁). Cash flownya ancur! Sementara Dell gak modal! Dia bisa mendapatkan uang dari pelanggan sebelum dia mengeluarkan uang. Damn! The lucky  bastard! Tapi dia tidak berhenti di sini, next opportunity ....


2. Karena  bisnisnya berjalan lancar, dan penjualannya banyak, dia berhasil menegosiasikan para suppliernya untuk membayar ke merek jauh lebih lambat lagi. Suppliernya ok dengan itu asalkan demand supplynya bagus dan volumenya tinggi. Dell is ok with that. Akibatnya sekarang cashflow Dell adalah D-90 (artinya dia hanya harus membayar ke suppliernya 90 hari setelah dia menerima uang dari pelanggannya). Pantes aja dia kaya! Padahal competitornya dia waktu itu cashflownya antara D+75 dan D+90 (mereka harus membayar ke suppliernya 75 atau 90 hari SEBELUM mereka menerima uang dari pelanggannya), makanya mereka harus modal dulu dan lama lama tekor! Tunggu dulu, Dell tidak berhenti di sini, dia menemukan opportunity lain yang akan membuat kita makin "gedheg" sama dia....


3. *Customize PC for every customer.* Karena semua PC diorder lewat online, customernya boleh memilih PC suka-suka mereka, tidak harus terpaku dengan tiga atau lima pilihan yang ada di toko (biasanya di toko kan cuma ada 3-5 konfigurasi). Jadi kalau ada yang mau PC yang processornya murah, layarnya jelek tapi hard disknya high capacity silahkan, atau mau yang layarnya high resolution tapi hard disknya rendah silahkan. You combine and customize in anyway you want. Seperti restoran yang menyediakan menu ala  carte. Dan ini tentang membuat customernya senang bukan kepalang . They have the choice! Dan angka penjualan pun naik tinggi, Dell melesat menjadi penjual PC No.1 dalam waktu singkat .....


Jadi kalau orang  China bilang di balik sebuah crisis ada opportunity, Dell bisa bilang -*di balik setiap rintangan ada TIGA opportunity!!!* Tiga, tiga, bukan cuma satu !

Makanya Michael Dell sukses.


How about you? What do you do when you face the problem or barrier? 

Apa yang anda lakukan pada saat bertemu rintangan atau  barrier?

Menangis?

Mengeluh?

Komplain?

Meratap'?

Putus asa?

Atau anda tersenyum menghadapi rintangan itu? Dan kemudian berfikir keras untuk mengubahnya menjadi TIGA opportunity? Tiga cing, tiga , bukan cuma satu !

Because Michael Dell said,"Behind every barrier , there at least three oppprtunities!"


Anda dihadapkan dengan rintangan atau barrier yang sama , dan sebenarnya anda juga mempunyai 3 opportunities. Cuma belum ketemu aja kan?


Terus anda bilang ke saya,

ah itu kan Dell aja pak? Yang lain mana  bisa  begitu.


Please deh.

Ikea diboykot oleh penghasil kayu se Swedia, kemudian dia ke Polandia, dan mendapatkan kayu lebih murah, dan dia mendapatkan opportunity untuk membuat Meubel yang bisa dirakit sendiri. Sekarang Ikea masuk daftar 10 orang terkaya di dunia!


Tesla  bikin mobil listrik kemahalan , gak ada yang mau beli. Bukannya menurunkan harga, malah dia sewa car designer untuk mendesain mobil yang mewah dan bertenaga listrik. Dan dengan uangnya yang banyak bisa berinvestasi lagi.

Opportunity,

opportunity,

opportunity ...

they are everywhere

you just have to find them!


Jadi apa yang anda harus lakukan kalau menghadapi sebuah rintangan atau barrier?


1. *Identify the "future" result that you want to achieve*, instead of focusing on the "current" problem that you are trying to solve

      

Jangan terfokus pada situasi  saat ini. Fokuslah pada hasil akhir yang ingin anda dapatkan. Kalau Dell berfokus pada situasi saat ini maka dia akan sibuk bernegosiasi dengan dealer dan distributor, dan mencari solusi untuk komisi yang lebih murah. Tapi kalaupun dia berhasil menyelesaikan masalah itu, dia tidak akan menemui opportunity lainnya.

Begin with the end in your mind. Fokus pada tujuan akhir (bagi Dell, menawarkan computer yang bagus dan lebih murah kepada pelanggan). Tanyakan kepada anda sendiri, what is the end? Apakah tujuan akhir yang akan anda capai?


2. *Generate many alternative solutions before you start implementing one method*


Yang sering jadi masalah adalah begitu banyaknya orang yang action oriented. Artinya begitu mereka menghadapi satu masalah, mereka langsung mencari satu solusi, dan langsung diimplementasikan. Tunggu dulu dong, memangnya itu solusi yang paling bagus. Memangnya ada berapa solusi yang sudah anda analisa sebelum mengimplementasikan hal itu?

Jadi anda harus mencoba memikirkan 4-5 alernative solusi dulu, baru anda pertimbangkan. Seperi halnya pemain catur yang mempertimbangkan 4-5 langkah alternative, sebelum anda menjalankan buah catur.


3. *Evaluate all the alternatives, the pro and cons* but dont decise yet


Nah, setelah anda mengembangkan alternative solusi, mungkin empat atau lima, atau malah lebih, anda harus mengevaluasi pro dan kons dari setiap alternative itu. Apa kelebihan (waktunya lebih cepat, quality lebih bagus ...etc) dan apa kekurangan (biaya lebih tinggi, proses lebih kompleks ....etc) dari setiap alternative itu. 


4. *Think of the opportunities that you can leverage from each alternative*


Sekarang waktunya membuka otak anda dengan opportunity apa yang anda bisa kerjakan, pada saat anda mengimplementasikan masing-masing alternative.

Jadi kita berfikir dengan ...

Seandainya saya mengimplementasikan solusi 1, maka peluang ini akan terbuka:

a) ....

b) ...

c) ...


Lakukan itu untuk setiap alternative solusi, sehingga sekarang anda mempunyai daftar semua alternative solusi lengkap pro dan kons nya beserta potential opportunitynya.


5. *Decide (select) one method to implement,  not because of the cost, but because it will generate more opportunities*


Phase inilah yang paling penting, berdasarkan semua alternative di atas, anda tentukan mana yang anda akan jalankan , terutama berdasarkan banyaknya potential yang bisa dimanfaatkan dari situ.

Dengan cara ini anda akan memutuskan sesuatu, bukan hanya karena murah, bukan hanya karena mudah dilakukan , dan bukan karena cepat, tetapi karena alternative itu menghasilkan opportunity opportunity lain yang akan membuat bisnis anda lebih sukses lagi di masa depan.


Jadi, ingat, lain kali kalau ada masalah, jangan buru buru mendapatkan satu solusi dan langsung diimplementasi, tetapi coba lakukan langkah langkah ini :


1. Identify the "future" result that you want to achieve, instead of focusing on the "current" problem that you are trying to solve

2. Generate many alternative solutions before you start implementing one method

3. Evaluate all the alternatives, the pro and cons, but dont decise yet

4. Think of the opportunities that you can leverage from each alternative

5. Decide (select) one method to implement,  not because of the cost, but because it will generate more opportunities


Kita coba  bareng-bareng yuk, pada saat kita menghadapi rintangan bisnis kita !


Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


CAN THE PAST SAVE US?

 Malam itu saya makan malam di Penang Bistro, di Pacific Place, di dekat kantor saya, bersama seorang teman. Sebut saja namanya Sylvia (seorang Operations Manager di sebuah perusahaan Eropa). Malam itu Sylvia tidak happy, kelihatan dari raut mukanya.  Sambil menunggu pesanan kami, saya pun bertanya, ”Kenapa lagi di kantor? Ada masalah apa lagi?”

“Kok mas Pam tahu aja?”, tanyanya.

“Kita sudah berteman cukup lama kan?”

“Itu mas, di kantorku ada perubahan organisasi lagi. Perubahan yang dulu aja belum beres. Kacau! Chaotic! Everyone got lost. Ini Namanya “gusra-gusru” (hasty), padahal kan semuanya harus direncanakan dengan baik, agar implementasinya lancar”.

**

Apa yang dialami Sylvia, sering terjadi di banyak organisasi. *Change happen too fast*. Everyone is anxious, chaotic and angry. Tapi benarkah perubahannya terlalu cepat? Mengapa CEO menjalankan perubahan yang terlalu cepat? Well, dunia berjalan bergitu cepat, bisnis berubah begitu cepat, competitor siap menyalip dan meninggalkan anda begitu cepat. *Kita akan mati (organisasi akan tutup), kalau kecepatan perubahan di dalam organsiasi lebih lambat daripada kecepatan perubahan di luar sana* (kata Jack Welch). Kita belajar dulu dari kasus di bawah ini.

**

Toys R Us adalah salah satu tempat favorit saya. Boys will always be boys. Saya masih suka bermain. Saya bermain PlayStation setiap hari. Sekarang, saya mengkoleksi miniature mobil Formula 1, di ruang kerja saya. Makanya dulu saya suka ke Toys R Us, di Indonesia, Singapore, Muncih, New York dan di banyak tempat. Toys R Us memanjakan pelanggannya, dengan pelayanan yang ramah, koleksi mainan yang lengkap dan tempat berbelanja yang nyaman.

They had great past. Then, the world has changed. The change happen so fast. *Perubahan yang terjadi di luar Toys R Us, lebih cepat daripada perubahan yang terjadi di dalam Toys R Us*

Toys R Us tidak mampu mempertahankan diri terhadap sejumlah ancaman eksternal.

“Persaingan telah banyak berubah. Konsumen juga telah banyak berubah,”. “Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu bermain video game daring. Anda tidak perlu pergi ke toko Toys R Us untuk itu. Selain itu, pengalaman berbelanja telah beralih ke online, dan Toys R Us belum menjadi yang terkuat di area tersebut. Pesaing seperti Amazon, Walmart, dan Target sangat kuat secara online shopping sehingga hal itu juga menambah kesulitan Toys R Us.

Amazon memanjakan pelanggan dengan koleksi mainan yang lebih lengkap, kenyamanan belanja dari rumah, harga yang murah, dan pembayaran yang mudah. Pelanggan berlari meninggalkan Toys R Us dan berpindah ke Amazon. Toys R Us bangkrut, tutup, karena perubahan di dalam organisasi terlalu lambat dibandingkan di luar. Pada akhirnya , *masa lalu, nostalgia, tak mampu menyelamatkan Toys R Us*

**

*70% perubahan gagal* (kata John Kottler). Jadi memang sulit sekali melakukan perubahan pada saat yang tepat. Berarti pilihannya hanya dua: terlalu cepat atau terlalu lambat. *Kalau terlalu lambat, kita mati (bangkrut, tutup). Kalau terlalu cepat, kita akan terus survive dan bahkan berjaya.*

**

Kita belajar lagi dari winning case di bawah ini.

Kapal Api adalah kopi nomor 1 (market leader di Indonesia). Dulu mereka memulai dengan kopi tubruk (kopi tradisional Indonesia yang dibuat dari biji kopi yang digiling kasar dan diseduh dengan air panas tanpa filter). Mereka Berjaya karena itu, Tetapi demografi pelanggan berubah, banyak anak-anak muda yang ingin minum kopi, dan mungkin mereka menginginkan kopi lain selain kopi tubruk. Banyak competitor hadir di Indonesia, merek lebih banyak, rasa bermacam-macam, kualitas berbeda-beda, dan harga lebih murah. Sebagian pelanggan ingin melirik dan mencoba-coba. Perubahan terjadi begitu cepat di luar sana.

Tetapi Kapal Api mampu berubah dengan lebih cepat lagi. Mereka terus berinovasi, dan launching product-product lain untuk berbagai segment pelanggan. Excelso, Good Day, PiKopi, Kapten, Kopi ABC, Special Mix, Signature Strong Black, dan banyak merek dan varian lainnya lagi, bahkan ada kopi rasa Klepon dan rasa Kurma.

*Kecepatan perubahan di dalam lebih cepat daripada perubahan di luar.*  Kapal Api bertahan sebagai market leader yang masih sangat dominant, jauh meninggalkan kompetitornya, mereka mengeksport ke 60 negara, bahkan tahun ini mereka membuka pabrik di Jeddah, mempekerjakan banyak karyawan, memberangkatkan banyak karyawan dari Indonesia ke sana.

Ingat sekali lagi, *the change happen so fast outsise there, inside your organization, the change inside you must be even faster!*

**

That’s thinking outside of the box. That’s creativity. Ini adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah baru dengan cara baru dan mendobrak dogma dan paradigma yang lama. 

Dan itulah yang saat ini kita hadapi dalam bisnis kita. Permasalahan yang kita hadapi saat ini semuanya masalah baru, lebih rumit, lebih rancu (ambigu). Dan tentunya ini menuntut kita untuk berdikir dengan cara-cara baru yang belum pernah kita lakukan sebelumnya!

**

Mari kita kita belajar dari Ratu Spanyol (Queen Isabella) yang mengirimkan Christopher Columbus ke expedisi menemukan dunia baru! Pada saat Isablla mendanai Columbus untuk berlayar, dia hanya menyediakan uang, dan berkata “Berlayarlah, temukan dunia baru untukku” (Sambil menjanjikan Sebagian dari hasil bisnis di dunia baru tersebut nantinya akan diberikan kepada Columbus).

Di mana dunia baru tersebut?  Isabella tidak tahu! Bagaimana cara mencari dunia baru? Isabella tidak tahu! Berapa lama waktu yang diperlukan? Tidak tahu! Jadi Isabella mengerti bahwa mereka akan memasuki zone ketidakpastian, zona ketidaktahuan, because it is a new teritory! You have no idea what will be there! Isabella bahkan tidak tahu apakah Columbus akan berhasil, gagal atau mati tenggelam di lautan. Yang Isabella tahu adalah, dia harus berinvestasi untuk masa depan, menyisihkan sebagian hartanya, menyuruh Columbus pergi , dan berharap suatu saat (mungkin) Columbus akan datang kembali dengan harta yang dia dapatkan di dunia baru! Dan tentunya selama masa expedisi , Ratu Spanyol tidak bisa mengontrol dan menanyakan setiap saat. (Bukan seperti boss jaman sekarang yang ingin mengontrol setiap waktu).  Dan terakhir, Ratu Spanyol tahu dan ok bahwa mungkin saja Columbus akan melakukan kesalahan (makanya Columbus tadinya pengin ke India dan ternyata malah sampai ke Amerika!).

Dan apa akhirnya? Akhirnya Columbus berhasil menemukan Amerika dan tentunya membawa kekayaan yang luar biasa besar untuk Kerajaan Spanyol. That’s a great success!

Apa yang kita pelajari dari Ratu Spanyol?

- Cari *talent yang tepat* (dari *dalam* atau dari luar), mereka yang bisa *berinovasi* untuk masa depan

- *Investasi*kan budget inovasi yang cukup

- *Trust your team*, Percayakan kepada team anda  (jangan mengontrol setiap saat, jangan micro-managing)

- Ijinkan team kita untuk melakukan kesalahan, namanya juga eksperimen dan *mencoba coba, kemudian pelajari dan perbaiki*

- Design sistem *incentive yang jelas* (Ratu Spanyol menjanjikan sebagian keuntungan pada Columbus)

Voila! Itulah salah satu cara untuk bertahan, Berjaya, dengan berubah dan berinovasi.

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto


HOW TO AVOID THE FAILURES IN YOUR “CHANGE”?

 

Jaman berubah, perilaku pelanggan berubapeta politik global berubah, bisnis harus berubah.

Pada saat kita pikir kita berlayar di laut tenang, ternyata badai dan topan menerpa dan siap merobek robek layar kita .

JC Penney di Amerika ditinggalkan pelanggannya. Pada saat shareholder Manchester United berantem, mereka nyungsep ke rangking bawah, dan hampir terdepak dari Premier League. Saat Nokia sedang lengah, ternyata customer beralih ke i-Phone. Saat Kodak sedang menikmati profit , ternyata orang tidak mencetak foto lagi.  And I can go on ... and on ... dan semuanya mengalami krisis yang sama. Jangan berfikir bahwa phenomena ini hanya ada di perusahaan kita atau di industry yang kita geluti. This phenomena is everywhere. Attacking your company ...Attacking your industry ...Atacking your country .. *BE PREPARED!*

**

Kompetitor kita sudah bersiap siap dan mengintai kita setiap kali. Siap dengan jurus jurus barunya untuk menarik pelanggan pelanggan kita. Dan bila kita tidak waspada, dan bila kita tidak berubah, nasib kita akan segera mengikuti ... Kodak, Sony Walkman, Nokia, Blackberry, JC Penney dan lain lain. Di sinilah pemahaman kelakuan pelanggan (consumer behavior) menjadi penting. Mengerti behavior mereka, memahami trend perilaku mereka, dan menyesuaikan strategy bisnis kita (accordingly) adalah satu satunya kunci untuk sukses kita di masa depan.

**

Semua topik di atas memang mudah dikatakan, tapi susah dilakukan (*easier said than done*). Menurut John Kotter hanya 30 persen dari semua program transformasi organisasi yang pernah berhasil. Berarti susah. Ada banyak factor yang membuat sebuah organisasi harus berubah, ada yang factor internal dan factor external. 

Secara internal, bisa saja terjadi perubahan leadership, perubahan strategy, perubahan avalabilty of resources.

Secara external bisa saja terjadi perubahan peta kompetisi, perubahan regulasi, perubahan peta geopolitik …dll. 

Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan besar bangkrut, seperti Hertz, NPC (franchise-nya Pizza Hut), CMX Cinemas, Rubie’s Costume, Brooks Brothers, J-crew, J.C. Penny, Gold’s Gym, Chesepeake Energy, …dll.

**

Contoh yang nyata terjadi di JC Penney. Dulunya JC Penney sangat popular di Amerika.  Kemudian Ron Johnson mengambil alih leadership, dengan janji menjadikan Penney sebagai "toko favorit di Amerika."

Tanpa menguji reaksi pembeli terlebih dahulu, Penney mengubah iklan, logo, desain toko, dan model harga, semuanya berupaya membuat pengecer tersebut lebih disukai pembeli yang lebih kaya.

Penney menyingkirkan merek-merek private label teratas dengan pengikut setia dan memperkenalkan merek-merek baru yang kurang relevan bagi pelanggan berpenghasilan rendah dan menengah.

Penney meninggalkan pelanggan lama dan berasumsi bahwa pelanggan baru akan muncul secara tiba-tiba. Kesalahan terbesar — mengakhiri kupon/voucher dan penjualan obral — menjadi bumerang, dan semakin membuat mereka ditinggalkan pembeli. Dan akhirnya bangkrut.

Pelajarannya apa? Kenali pelanggan, penuhi keinginan pelanggan, manjakan pelanggan, dalam situasi apapun. Jangan ulangi contoh JC Penney di atas.

**

Kita bisa belajar dari kegagalan orang lain. Tapi kita juga bisa belajar dari keberhasilan sebuah perusahaan. 

Beberapa tahun yang lalu, Bluebird (market leader dalam transportasi di Indonesia) dihantam oleh competitor online (lebih murah, lebih mudah). Seorang professor terkenal bilang bahwa perusahaan itu akan bangkrut beberapa tahun lagi. Saat itu saya direcruit untuk membantu perusahaan tersebut. 

Belum selesai masalah dengan kompetisi datanglah Covid. Masyarakat di lock-down. Pendapatan perusahaan menurun drastic. Saya belajar bahwa, di balik sebuah kesulitan, aka nada banyak kesulitan yang lebih besar lagi, dan baru pada akhirnya akan ada kemudahan.

**

Berdasarkan observasi dan pengalaman saya, sebenarnya sebuah transformasi yang akhirnya berjalan dengan baik, dilakukan dengan menjalankan 4 aspek di bawah ini:

Pertama, *Start with why*. 

Transformasi ke depan hanya bisa dilaksanakan kalau kita memperkuat fondasi sebuah organisasi, yang sudah terbukti menjadi landasan yang kuat yang membuat berjaya di masa lalu dan masa sekarang.  Berarti kalau sebuah perusahaan itu dulunya hebat dah karena pelayanan, kejujuran dan kepedulian, maka hal-hal tersebut harus terus dilakukan, diperkuat dan diperbaiki terus menerus. Dalam masa sesulit apapun, saya (tentu saja waktu itu dibantu oleh seluruh management team) terus menerus menjalankan training kepada seluruh karyawan dan pengemudi, untuk meningkatkan pelayanan pelanggan.

Banyak perusahaan melakukan kesalahan dengan mencoba bertransformasi dan mengubah semuanya, bahkan menghentikan sesuatu yang sebelumnya sudah bagus dan menjadi kekuatan mereka. 

Kemudian, tetap kita harus berubah. Pelanggan mulai tertarik menggunakan aplikasi. Kami merekrut ratusan software programmer. Saya bahkan membujuk sahabat saya (teman kuliah di Perancis, yang tinggal di London) untuk join sebagai Direktur IT (karena begitu susahnya mengajak orang untuk join perusahaan yang waktu itu sedang turun drastic).

**

Kedua, *Engage everybody*, ajaklah semua orang, semua pemimpin, dan semua karyawan untuk berpartisipasi di dalam Transformasi tersebut. 

Tidak mungkin sebuah Transformasi hanya dilakukan oleh direksi atau para leader. Transformasi harus dijalankan oleh semua orang semua karyawan semua pengemudi dari level yang paling atas sampai level yang paling bawah. Karena pelanggan hanya akan menilai sebuah perusahaan dari hubungan nyata yang mereka rasakan dari pengalaman berinteraksi dengan perusahaan tersebut. Kadang kadang interaksi tersebut tidak terjalin setiap hari dengan direksi atau pimpinan nya. Tetapi interaksi pelanggan dijalankan oleh dengan karyawan, bagian pelayanan pelanggan, bagian penjualan. 

**

Ketiga *Deliver Today’s Objective*. 

Transformasi ke depan bukan berarti bahwa kita melupakan kinerja atau objektif pada hari ini. Berarti apapun yang kita lakukan ke depannya, kita tetap harus memperhatikan bahwa semua objektif hari ini dapat tercapai. Ingat, kita sudah menjanjikan kepada para pemangku kepentingan untuk mencapai objektif pada tahun ini pada semester ini pada kuarter ini bahkan pada bulan ini. Dan itu sangat penting untuk diciptakan. Jangan sampai kita merusak kepercayaan para pelanggan atau para Pemangku kepentingan atau para pemegang saham dengan tidak mencapai objektif tersebut. Hal itu bisa membahayakan kredibilitas kita untuk membangun masa depan yang lebih baik.

**

Terakhir, *Build the Future Together*,   bagaimana kita membangun masa depan bersama dengan menjalankan inovasi-inovasi tersebut.

Di Bluebird, kunci keberhasilannya ada dua: memperkuat fondasi bisnis (pelayanan pelanggan, keramahan dan kejujuran pengemudi) dan membangun aplikasi yang membuat pelanggan lebih mudah memesan taxi. 

 Apapun yang terjadi, semua organisasi perlu membangun masa depan dengan berinovasi. Banyak yang ragu-ragu berinovasi, karena takut akan gagal atau tidak mendapatkan keuntungan. Padahal memang banyak inovasi yang akan terlebih dahulu gagal pada awalnya, dipelajari dan diperbaiki terus menerus. Dream Big, Start Small and Act Now!

**

Jadi untuk menghindari kegagalan dalam perubahan organisasi, kuncinya adalah:

• *STRENGTHEN THE FOUNDATION*

• *ENGAGE EVERYBODY*

• *DELIVER TODAY’S PROMOISE*

• *BUILD THE FUTURE, TOGETHER*

**

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto