Promote Behavior Change
Peran Ke-2 Trainer : Promote Behavior Change
N Kuswandi
Wave of change, ocean of opportunity - badai perubahan, lautan kesempatan, begitulah quote yang sangat relevan untuk era VUCA (volatil, uncertainly, complex, ambigu). Perubahan tersebut juga terasa di dunia Learning and Development. Deloit, sebagai multinational consultant bahkan menggambarkan secara masif, lima perubahan besar learning and development dalam 17 tahun terakhir (era elearning, era talent management, era continuous learning, era digital learning dan sebentar lagi akan muncul artificial learning). Artinya tiap 3.5 tahun sekali era learning telah berubah. Kalau diibaratkan "belum selesai belajar dan implementasi satu evolusi learning and development sudah berpindah ke evolusi berikutnya".
Ada yang memandang perubahan ini sebagai gelombang ancaman, namun ada juga yang memandang bahwa perubahan tersebut adalah lautan peluang. Dan orang-orang yang berselancar dalam lautam peluang dengan "embrace" tantangan kemudian disebut sebagai paradoc navigator.
Dalam konteks learning and development para paradoc navigator tersebut punya fleksibilitas untuk terus belajar, tak terkecuali membawa paradoc paradigma mendelivery learning and development. Kemarin saya telah share bahwa satu peran seorang facilitator adalah create safe learning environment. Maka dikesempatan kali ini saya ingin share tentang paradigma peran kedua seorang facilitator *Promote Behavior Change*. Peran ini menjadi kritikal, karena saat facilitatot mampu memainkan peran ini maka tujuan learning pada level ketiga (behavior change) dan level ke empat (business result) akan tercapai.
Ingat bahwa ilmu itu ibarat pohon yang kuat, dan buahnya adalah menjalankan ilmu tadi. Mengajarkan trainee kita tentang ilmu membuat mereka menjadi pohon yang kuat. Dan pohon yang kuat akan lebih bermanfaat saat berbuah. Bayangkan saja bagaimana merasa ruginya oranf yang membiayai pendidikan trainee namun perilaku trainee tidak berubah. Disinilah peran facilitator yang promote behavior change menjadi penting.
Sekarang bagaimana melakukan peran tersebut? Peran ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan ilmu influencing. Dan Anda bisa mengaplikasikan aneka pendekatan influencing yang telah dibuktikan dengan riset yang mumpuni. Dua tokoh psikologi yang memiliki pengakuan terhadap hal tersebut adalah Garry Yukl dan Cialdini.
Saya pernah membahas salah satu taktik Garry Yukl pada buku saya yang berjudul *Coaching Handbook* (satu satunya buku yang membahas coaching competenciea dari International Coach Fedetation), maka izinkan kali ini saya berbagi tentang salah satu jurus promote behavior change yang diperkenalkan oleh Cialdini. Dari riset yang dia lakukan, Cialdini menemukan enam cara menginfluence orang yaitu otoritas, rasa suka (perhatikan bahwa cara ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan create safe learning environment), timbal balik, kelangkaan, konsistensi dan bukti sosial.
*Bagaimana mengaplikasikan keenam cara influencing tersebut dalam kontek learning and development bisa dibaca di buku People Development Handbook*
Ingat kita punya peran membengaruhi, namun kesiapan perubahan perilaku bukanlah keputusan facilitator, namun seorang trainee. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia tidak bisa mempengaruhi pamannya banyak membantunya, Abu Tholib. Hingga Allah SWT menurunkan ayat khusus terkait hal tersebut,
"Innaka la tahdi man ahbabta, walakinnallaha yahdi mai yasha'."
"Sesungguhnya kau takkan dapat memberi hidayah pada orang yang kau sayangi, tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada sesiapa sahaja yang Dia kehendaki (QS Al Qoshos 56-57)
Inilah yang juga menyebabkan peran seorang facilitator disebut sebagai Promote behavior Change. Karena peran kita sebagai seorang facilitator adalah promosi bukan change
Berkah selalu
N Kuswandi
Wave of change, ocean of opportunity - badai perubahan, lautan kesempatan, begitulah quote yang sangat relevan untuk era VUCA (volatil, uncertainly, complex, ambigu). Perubahan tersebut juga terasa di dunia Learning and Development. Deloit, sebagai multinational consultant bahkan menggambarkan secara masif, lima perubahan besar learning and development dalam 17 tahun terakhir (era elearning, era talent management, era continuous learning, era digital learning dan sebentar lagi akan muncul artificial learning). Artinya tiap 3.5 tahun sekali era learning telah berubah. Kalau diibaratkan "belum selesai belajar dan implementasi satu evolusi learning and development sudah berpindah ke evolusi berikutnya".
Ada yang memandang perubahan ini sebagai gelombang ancaman, namun ada juga yang memandang bahwa perubahan tersebut adalah lautan peluang. Dan orang-orang yang berselancar dalam lautam peluang dengan "embrace" tantangan kemudian disebut sebagai paradoc navigator.
Dalam konteks learning and development para paradoc navigator tersebut punya fleksibilitas untuk terus belajar, tak terkecuali membawa paradoc paradigma mendelivery learning and development. Kemarin saya telah share bahwa satu peran seorang facilitator adalah create safe learning environment. Maka dikesempatan kali ini saya ingin share tentang paradigma peran kedua seorang facilitator *Promote Behavior Change*. Peran ini menjadi kritikal, karena saat facilitatot mampu memainkan peran ini maka tujuan learning pada level ketiga (behavior change) dan level ke empat (business result) akan tercapai.
Ingat bahwa ilmu itu ibarat pohon yang kuat, dan buahnya adalah menjalankan ilmu tadi. Mengajarkan trainee kita tentang ilmu membuat mereka menjadi pohon yang kuat. Dan pohon yang kuat akan lebih bermanfaat saat berbuah. Bayangkan saja bagaimana merasa ruginya oranf yang membiayai pendidikan trainee namun perilaku trainee tidak berubah. Disinilah peran facilitator yang promote behavior change menjadi penting.
Sekarang bagaimana melakukan peran tersebut? Peran ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan ilmu influencing. Dan Anda bisa mengaplikasikan aneka pendekatan influencing yang telah dibuktikan dengan riset yang mumpuni. Dua tokoh psikologi yang memiliki pengakuan terhadap hal tersebut adalah Garry Yukl dan Cialdini.
Saya pernah membahas salah satu taktik Garry Yukl pada buku saya yang berjudul *Coaching Handbook* (satu satunya buku yang membahas coaching competenciea dari International Coach Fedetation), maka izinkan kali ini saya berbagi tentang salah satu jurus promote behavior change yang diperkenalkan oleh Cialdini. Dari riset yang dia lakukan, Cialdini menemukan enam cara menginfluence orang yaitu otoritas, rasa suka (perhatikan bahwa cara ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan create safe learning environment), timbal balik, kelangkaan, konsistensi dan bukti sosial.
*Bagaimana mengaplikasikan keenam cara influencing tersebut dalam kontek learning and development bisa dibaca di buku People Development Handbook*
Ingat kita punya peran membengaruhi, namun kesiapan perubahan perilaku bukanlah keputusan facilitator, namun seorang trainee. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia tidak bisa mempengaruhi pamannya banyak membantunya, Abu Tholib. Hingga Allah SWT menurunkan ayat khusus terkait hal tersebut,
"Innaka la tahdi man ahbabta, walakinnallaha yahdi mai yasha'."
"Sesungguhnya kau takkan dapat memberi hidayah pada orang yang kau sayangi, tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada sesiapa sahaja yang Dia kehendaki (QS Al Qoshos 56-57)
Inilah yang juga menyebabkan peran seorang facilitator disebut sebagai Promote behavior Change. Karena peran kita sebagai seorang facilitator adalah promosi bukan change
Berkah selalu