Kelembaman Energi
Usai liburan biasanya enggan untuk memulai pekerjaan. Dalam ilmu Fisika disebut dengan Hukum Kelembaman (Inersia), seseorang yang menikmati liburan cenderung ingin melanjutkan kenikmatan tersebut dan memerlukan energi yang besar untuk memulai yang baru. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bersemangat melakukan sesuatu dan menjadikan kita semakin produktif.
Salah satu cara yang sekarang sedang saya coba adalah Metode Ive Lee. Metode ini berawal dari seorang pengusaha baja dan perkapalan, Charles M Schwab. Lelaki yang pernah dijuluki “master hustler” oleh Thomas Alfa Edison karena terus-menerus ingin menjadi yang lebih unggul dalam setiap kompetisi ini merupakan orang terkaya pada tahun 1918.
Suatu hari, Schwab berusaha untuk meningkatkan efisiensi kerja timnya dengan meminta bantuan konsultan produktivitas pada saat itu, namanya Ive Lee. Lelaki terkaya ini membawa Ive Lee ke kantornya dan berkata “Tunjukan ke saya cara untuk menyelesaikan lebih banyak hal”. Sang konsultan menjawab “beri saya waktu 15 menit untuk ngobrol dengan semua eksekutifmu.”
“Berapa saya harus membayar?” Schwab bertanya. “Tidak perlu membayar, kecuali kalo nanti berhasil. Setelah 3 bulan, Anda bisa kirim saya cek dengan nilai yang menurut Anda sesuai dan layak”, jawab Ive Lee.
Setelah tiga bulan, Schwab sangat senang dengan kemajuan yang telah dicapai oleh timnya di perusahaan miliknya. Lalu dia menghubungi Lee dan mengundangnya untuk datang ke kantor untuk menuliskan cek sebesar $25.000 (Cek senilai USD 25.000 yang ditulis pada tahun 1918 nilainya sama dengan cek yang bernilai kurang lebih USD 400.000). Apabila dirupiahkan setara dengan 5,6 milyar. Wow, kerja ringan selama 3 bulan menghasilkan milyaran.
Mengapa saya sebut kerja ringan? Karena yang dilakukan Ive Lee hanya empat langkah sederhana. Pertama, setiap kali kita menyelesaikan seluruh pekerjaan kita, di sore hari tulislah enam hal yang paling penting untuk diselesaikan besok. Tidak boleh lebih dari enam hal. Kedua, buatlah skala prioritas dari keenam hal tersebut di atas. Ketiga, keesokan harinya kerjakan dulu tugas pertama hingga tuntas sebelum berpindah ke pekerjaan nomor dua, demikian seterusnya. Keempat, sore harinya buat lagi daftar enam hal penting yang dikerjakan keesokan harinya. Apabila ada pekerjaan yang belum tuntas masukan pekerjaan tersebut ke dalam daftar 6 hal tersebut. Lakukan terus menerus secara konsisten.
Orang terkaya di zamannya saja percaya dengan metode yang terlihat sederhana ini dan bersedia membayar mahal karena hasil yang didapatkan, sehingga sepertinya metode ini sangat layak kita coba. Mau? Saya pun sedang mempraktekkannya.
Salah satu cara yang sekarang sedang saya coba adalah Metode Ive Lee. Metode ini berawal dari seorang pengusaha baja dan perkapalan, Charles M Schwab. Lelaki yang pernah dijuluki “master hustler” oleh Thomas Alfa Edison karena terus-menerus ingin menjadi yang lebih unggul dalam setiap kompetisi ini merupakan orang terkaya pada tahun 1918.
Suatu hari, Schwab berusaha untuk meningkatkan efisiensi kerja timnya dengan meminta bantuan konsultan produktivitas pada saat itu, namanya Ive Lee. Lelaki terkaya ini membawa Ive Lee ke kantornya dan berkata “Tunjukan ke saya cara untuk menyelesaikan lebih banyak hal”. Sang konsultan menjawab “beri saya waktu 15 menit untuk ngobrol dengan semua eksekutifmu.”
“Berapa saya harus membayar?” Schwab bertanya. “Tidak perlu membayar, kecuali kalo nanti berhasil. Setelah 3 bulan, Anda bisa kirim saya cek dengan nilai yang menurut Anda sesuai dan layak”, jawab Ive Lee.
Setelah tiga bulan, Schwab sangat senang dengan kemajuan yang telah dicapai oleh timnya di perusahaan miliknya. Lalu dia menghubungi Lee dan mengundangnya untuk datang ke kantor untuk menuliskan cek sebesar $25.000 (Cek senilai USD 25.000 yang ditulis pada tahun 1918 nilainya sama dengan cek yang bernilai kurang lebih USD 400.000). Apabila dirupiahkan setara dengan 5,6 milyar. Wow, kerja ringan selama 3 bulan menghasilkan milyaran.
Mengapa saya sebut kerja ringan? Karena yang dilakukan Ive Lee hanya empat langkah sederhana. Pertama, setiap kali kita menyelesaikan seluruh pekerjaan kita, di sore hari tulislah enam hal yang paling penting untuk diselesaikan besok. Tidak boleh lebih dari enam hal. Kedua, buatlah skala prioritas dari keenam hal tersebut di atas. Ketiga, keesokan harinya kerjakan dulu tugas pertama hingga tuntas sebelum berpindah ke pekerjaan nomor dua, demikian seterusnya. Keempat, sore harinya buat lagi daftar enam hal penting yang dikerjakan keesokan harinya. Apabila ada pekerjaan yang belum tuntas masukan pekerjaan tersebut ke dalam daftar 6 hal tersebut. Lakukan terus menerus secara konsisten.
Orang terkaya di zamannya saja percaya dengan metode yang terlihat sederhana ini dan bersedia membayar mahal karena hasil yang didapatkan, sehingga sepertinya metode ini sangat layak kita coba. Mau? Saya pun sedang mempraktekkannya.