WHAT'S THE DIFFERENCE BETWEEN YOU & TONY ROBBINS?
Saat ini saya melihat ada suatu kesalah pahaman paradigma dalam industry coaching di Indonesia.
Saya ga tau ini bermula darimana, tapi ini lah yang membuat industry coaching di Indonesia stagnan.
Tidak ada inovasi-inovasi baru.
Mungkin banyak dari kita yang sejak kecil dulu ditanamkan mindset mengejar gelar seperti sarjana, magister, doktor dll.
Saya sama sekali tidak menentang untuk sekolah setinggi-tingginya.
Namun yang saya larang adalah mindset sekolah hanya untuk mengejar suatu gelar atau sertifikat, bukannya ilmu yang didapat.
Dan saya melihat ini terjadi juga di industry consulting dan coaching Indonesia.
Dimana banyak sekali coach yang terobsesi mengejar sertifikasi macam-macam untuk diletakkan dibelakang nama mereka.
PADAHAL.
Klien anda tidak peduli dengan segala macam sertifikasi itu.
Yang mereka pedulikan hanya satu, yaitu.
RESULT!
Apakah anda bisa membantu mereka menyelesaikan permasalahan mereka?
Apakah anda bisa menuntun mereka dari current situationnya menuju desired situation yang mereka inginkan?
Pagi tadi, saya iseng googling tentang sertifikasi untuk menjadi seorang life coach.
Saya menemukan ada organisasi yang bernama ICF atau International Coach Federation.
Saat ini banyak sekali coach yang merasa bahwa untuk membantu orang lain mereka harus mendapat credential dari organisasi seperti ini.
Padahal sertifikasi seperti ini hanyalah suatu bisnis yang dibuat untuk mengisi demand kebutuhan akan 'gelar'.
Intinya, anda tidak perlu sertifikasi macam-macam untuk bisa membantu orang lain.
Tentu anda tahu Tony Robbins.
Coach paling sukses di dunia.
Tony Robbins pernah bercerita.
Saat dia pertama kali belajar tentang Neuro Linguistic Programing (NLP).
Dia mendaftarkan dirinya untuk training course selama 6 bulan.
Baru beberapa hari saja, dia sudah jatuh cinta dengan NLP.
Dia menyerap ilmu itu sangat cepat dan langsung ingin membantu semua orang dengan ilmu barunya.
Trainernya berkata.
"Hey Tony, tidak boleh karena kamu belum punya sertifikat"
Tony berkata.
"Sertifikat? saya tahu bagaimana cara membantu orang lain, ayo kita bantu"
Malam itu juga, dia keluar dari kamar hotelnya. menuju restoran terdekat dan mulai membantu orang untuk berhenti merokok dan melakukan hal-hal luar biasa lainnya.
Tony dikeluarkan dari program pelatihan itu karena dia praktek tanpa sertifikat.
and the rest is history...
Saat ini dia membantu dan merubah hidup jutaan orang menggunakan NLP.
Semuanya dilakukan tanpa sertifikat.
Dia tidak peduli dengan segala gelar dan sertifikat itu.
Yang dia pedulikan hanya satu yaitu memberikan RESULT terbaik bagi kliennya.
Semua tenaga dan pikirannya di curahkan untuk bisa memberikan itu.
Dan ini membuat programnya tidak tertandingi.
Saya sendiri memiliki gelar MBA.
Namun klien saya tidak peduli apakah saya punya gelar MBA dari Harvard University sekalipun.
Karena yang mereka pedulikan adalah RESULT yang bisa saya berikan untuk bisnis mereka.
Klien saya tidak peduli perjuangan tenaga, pikiran dan uang yang saya curahkan untuk mendapatkan knowledge dan skill ini.
Yang mereka pedulikan hanya apakah saya mampu membuat bisnis mereka ke level selanjutnya.
Jadi, tinggalkanlah paradigma lama.
Dan berfokuslah untuk memberikan RESULT terbaik bagi klien anda.
BECAUSE YOUR RESULT IS YOUR CERTIFICATION.
Radi R.