FOCUS

16.32 0 Comments A+ a-

 

**

Namanya Anthony. Seorang teman baik saya, lulusan Amerika, yang mengantongi 2 gelar Master, dalam bidang Bisnis dan Teknik Elektro. Sebenarnya dia beberapa tahun lebih muda dari saya, tapi kami bersahabat dekat akhir-akhir ini. Kariernya yang cemerlang membawanya ke Dubai, Australia dan Amerika sebelum dia kembali ke tanah air.

Anthony baru saja resign, dari perusahaan Amerika di mana dia bekerja. Dan kali ini dia memegang jabatan baru yang sangat menantang. Dia harus membantu sebuah proses merger and acquisition yang sangat berat, karena meskipun beberapa stakeholder senior sudah setuju, tetapi di “working-level” masih banyak yang resistance, men-challenge dan bahkan menghambat proses integrasi.

Anthony harus tetap menegosiasikan hal ini. Dia tidak bisa hanya berlindung di balik wewenang boss besar, dan bilang bahwa semua sudah diputuskan. Dia tetap menegosiasikan, menghandle resistensi dan mencari jalan keluar yang tepat.

“I am exhausted mas. Capek fisik dan mental. Berhari-hari aku menjalani proses negosiasi yang melelahkan. Dan ini kayaknya akan berjalan berbulan-bulan. Bagaimana aku tetap stay focus selama masa itu?”. Dia menanyakan hal itu melalui telepon, saat saya di Halim sedang menunggu pesawat saya ke Surabaya.

**

Anthony is right. Kunci dalam keberhasilan karier itu kadang bukan hanya kompetensi atau kecerdasan. Tetapi stamina. Bagaimana kita stay focus, tetap tegar dan kuat, tidak sakit (baik fisik maupun mental), selama berbulan-bulan.

Padahal kita kan manusia. Yang juga mengalami capek, stress, marah, kecewa dan sedih, How to stay focus? Saya yakin hal ini tidak hanya dialami oleh Anthony. Tetapi banyak dialami oleh kita semua, dalam karier kita.

**

Petinju favorite saya adalah Muhammad Ali, juara dunia tinju kelas berat yang bertahan lama. Saya tidak mengidolakan Mike Tyson. Yang datang ke ring, dengan pukulan mautnya. Kadang bahkan meng-KO lawan dalam hitungan detik. Tetapi Mike Tyson tidak punya stamina. Padahal kita semua membutuhkan stamina (kemampuan untuk tetap focus dalam waktu yang lama. Karena challenge bisnis kita tidak bisa diselesaikan dalam satu atau dua hari. Kadang perlu enam bulan. Bahkan kadang perlu satu atau dua tahun.

Muhammad Ali pernah berkata,”Tujuan saya bukan untuk menjatuhkan lawan pada ronde itu. Tujuan saya adalah untuk survive dan berdiri tegak sampai akhir ronde (selama tiga menit), sambil mengumpulkan point. Dan tujuan saya pada akhir pertandingan adalah agar point saya lebih banyak dari lawan saya, hingga saya menang angka”

Exactly! Ali bertanding setiap ronde selama 15 ronde, dengan cerdas. Mengumpulkan angka, dan bertahan untuk berdiri tegak. Tetapi selama “break”, saat sebuah ronde berakhir, Ali akan memanjakan dirinya sendiri, agar dia bisa tampil tetap fresh dan prima di ronde berikutnya. Ada yang membawa minuman, makanan, handuk hangat, memijat kepalanya, memotivasi Ali atau apapun.

Dan mungkin kita bisa menerapkan hal yang sama dalam karier kita.

**

Perjalanan karier kita bukan lari sprint yang kita selesaikan dalam satu hari, tetapi berbulan-bulan. Tujuan kita bukan mengakhiri segalanya atau menyelesaikan business challenge kita dalam 1 hari. 

Yang perlu dilakukan adalah:

a) Just do our best every day (melakukan yang terbaik setiap hari)

b) Take a break after work (sometimes we need to forget our work during the night or week end), beristirahat dengan baik setelah jam kerja, kadang bahkan harus melupakan pekerjaan bila memungkinkan (mandi air hangat, melihat film, pijat kaki reflexology, cream bath, bercanda bersama teman, menghabiskan waktu bersama keluarga, beribadah dan berdo’a, berolahraga….etc)

c) Be ready to stand up and perform again on the next day (bersiap siap untuk bangun keesokan harinya, dan bersiap-siap untuk berpestasi sebaik mungkin)

Mudah kan? Tiga hal yang harus kita lakukan setiap hari: Do our best, take a break, and be ready for tomorrow.

Seperti Muhamad Ali yang mengalahkan lawannya dalam 15 ronde.

Vietnam juga tidak mengalahkan Amerika dalam perang bersejarah itu dengan menghancurkan lawan dalam 1-2 tahun. Vietnam dengan persisten menjalankan perangnya selama 21 tahun. Setiap hari berperang, menyerang (atau bertahan), kemudian bersembunyi dalam goa, besok menyerang lagi. Begitu terus menerus selama 21 tahun, akhirnya Amerika pulang kampung dan mengakui kesalahan (atau kekalahan?) mereka.

Kita juga tidak usah terobsesi bahwa semua akan kita selesaikan dalam hitungan hari. Tugas kita kan berat, complex dan melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders).

So, put that in our mind, dan gunakan waktu “break” anda (biasanya di malam hari atau week end) untuk beristirahat total, melupakan pekerjaan kita, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi kita. Ada yang menonton film, ada yang berolahraga, ada yang berenang, ada yang main play station, ada yang bermain bersama anak-anaknya, ada yang berjalan-jalan bersama istri (atau suaminya). Usahaka lupakan pekerjaan kita. Dan keesokan harinya , mental kita akan lebidh fresh.

**

Dan tentu saja kita memerlukan infrastructure yang kuat untuk men-support kita. Keluarga yang saling menyayangi, teman yang membawa aura positive …dll.

Tapi ingat,”Everyone deserve the best of you.”

Artinya apa? Kalau jadi ayah ya harus menjadi ayah yang baik (kalau bisa menjadi ayah terbaik). Dan ini berlaku saat kita menjadi suami (kita perlu menjadi ayah yang baik), menjadi boss (kita perlu menjadi boss yang baik) atau menjadi teman (di mana kita juga perlu menjadi teman yang baik).

Tapi kadang susah ya? Kalau ada masalah di kantor, bawaannya juga ingin uring-uringan dan marah-marah di rumah. Dan sebaliknya. Kalau ada masalah di rumah, anak buah salah sedikit aja, kita sudah pengin marah besar.

**

Bagaimana mengatasi hal itu? Ada sebuah Teknik, namanya Teknik” compartiment” atau laci.

Bayangkan bahwa otak kita mempunya beberapa laci (misalnya 6 laci: laci pekerjaan, laci keluarga, laci keuangan,. Laci pertemanan …dll).

Waktu kita sedang di kantor, otak kita berada di laci “pekerjaan”, fokuskan semua konsentrasi pada pekerjaan. Kecuali sangat urgent, kita harus sangat focus pada pekerjaan kita, dan tidak membiarkan urusan-urusan dari “laci lain” mengganggu pikiran kita.

Kemudian kita pulang. Secara alam bawah sadar, tutuplah laci pekerjaan, jangan pikirkan lagi, danm fokuskan pada laci “keluarga”. Now you have to be the best husband or the best father for your family.

Kalau saja tiba-tiba, ada urusan dari laci lain memasuki otak kita, kita harus bisa menegur otak kita,”Hey! Kita lagi di rumah nih, lagi focus dengan laci keluarga. Jangan pikirkan laci-laci lain”

Pada awalnya hal ini akan terasa sulit, tapi kalau kita latih terus menerus maka pelan-pelakita akan menguasai Teknik ini dengan baik, dan membuat kita jauh lebih efektif.

**

Ingat, hal-hal pendukung ini (keluarga yang saling menyayangi, lingkaran pertemanan yang membawa aura positif, hobby yang kita sukai, ibadah yang menenangkan jiwa) akan sangat mendukung focus kita pada pekerjaan dan karier kita. Merek aini adalah ibaratnya sepeti minuman segar, handuk hangat, kata-kata motivasi pelatih, dan hal-hal lain yang didapatkan juara dunia seperti Muhamad Ali, agar dia menang terus menerus dan meraih gelar juara dunia (dan mempertahankannya).

Kalau kita ingin perform dengan baik, dalam jangka Panjang, focus, focus, focus.,

Carpe diem, seize the day, do you best for that everyday that we live.

**

Sometimes life is easy (we are the one who make it complicated).

Stay focus, dengan melakukan 3 hal ini:

- Do your best everyday

- Take a break, motivate yourself after work,  

- Be ready to stand up and perform again on the next day 


Salam Hangat,


Pambudi Sunarsihanto

SAAT KITA HARUS TETAP MENJAGA KESEIMBANGAN HIDUP

16.54 0 Comments A+ a-

Saya baru saja mendapatkan cerita sedih. Seorang sahabat saja mengalami mental break-down, dan harus dirawat berbulan-bulan.

Sebut saja namanya Sebastian (bukan nama sebenarnya, sahabat saya sejak saya kuliah di Perancis, waktu itu dia mengambil kuliah Finance saat saya mengambil kuliah di bidang Computer Sciences).

Beberapa puluh tahun kemudian, saya pulang ke Indonesia, menjalani kehidupan saya. Dia masih di Perancis, dan sukses sebagai Finance Director, hidup berbahagia bersama istri dan dua anaknya yang lucu.

Sebastian rajin berolahraga, dia rajin lari, renang dan bersepeda, bakan ikut lomba triathlon . Badannya sehat walafiat. Facebooknya selalu kelihatan cerah dan Bahagia.

Beberapa bulan yang lalu, di Whatsapps group, dia memberi kabar.

“Teman-teman, saya harus update bahwa sayangnya saya baru saja mengalami mental break down dan harus dirawat di rumah sakit beberapa bulan ini. Saya perlu beristirahat beberapa bulan lagi, dan sementara saya masih di rumah sakit.”

Kabar itu mengejutkan kami semua.

Sebastian yang beberapa bulan lalu kelihatan begitu happy, bersama keluarganya, dan juga rajin berolahraga, ternyata mengalami hal itu.

**

Saya juga tidak tahu persisnya apa penyebabnya pada Sebastian. Tetapi mental break down itu sering kali dipicu oleh stres berat dan dapat menimbulkan gejala psikologis maupun fisik. Tanda-tanda gangguannya bisa berbeda-beda pada setiap orang., dan mereka mungkin mengalami gejala-gejala fisik, psikologis dan perilaku sehari-hari.

Sebenarnya kasus Sebastian ini sering terjadi. Saya mengenal beberapa kenalan yang level senior leader yang mengalami hal yang sama. Mengapa demikian?

Mari kita analogykan hal ini dengan sebuah mobil balap yang harus berjalan secepat cepatnya untuk mencapai finnish menjadi juara pertama. Mobil yang berjalan kencang pasti mesinnya panas.

Tetapi mari kita lihat lebijh dahulu, apa saja yang menjadi bagian dari mobil balap itu. 

1. Engine (CC Mesin Mobil)

Ukuran mesin mobil melambangkan IQ atau kecerdasan yang kita miliki. 

Semakin tinggi CC semakin cepat mobilnya. Semakin tinggi IQ semakin tinggi kemampuan belajar dan menyelesaikan masalah kompleks di pekerjaan. IQ itu penting !

Dan tentunya IQ bukan satu satunya faktor yang menentukan keberhasilan kita.


**

2. Emotional Intelligence (steering wheel, ability to drive). 

 Percuma punya mobil dengan mesin yang besar dan CC yang tinggi ternyata tidak bisa menyetir, nanti nabrak-nabrak

Sama persis, tidak ada gunanya punya kacerdasan tinggi tapi tidak bisa bekerja sama dengan timnya, tidak mampu mengorganisasi pekerjaanya dan tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Nah faktor faktor inilah yang termasuk dalam Emotional Intelligence. Kemampuan kita untuk mengendalikan emosi dan menggunakan kekuatan kita dalam karier.

**

3. Adversity Quotient (pedal gas, accelerator).

Kadang kadang saya mengenal orang dengan kecerdasan dan emotional intelligence yang tinggi tetapi tetap saja tidak berhasil dalam hidupnya.  Nah , analoginya adalah seperti mobil dengan CC yang tinggi dan sopir yang jago tetapi tidak berani menginjak gaz nya. Takut nabrak dan tidak berani mengambil resiko. Dalam kehidupan juga ada orang cerdas dan pintar mengendalikan emosinya  . Tetapi mereka tidak mempunyai daya juang dan fighting spirit yang tinggi. Tidak ada keinginan yang kuat untuk mengubah nasib. Persistence and perserverance are the key to your success. Kegigihan dan ketekunan adalah kubnci kesuksesan kita.

**

4. Spiritual Quotient (including stress management quotient) 

Ini adalah radiator yang berfungsi untuk mendinginkan mesin mobil pada saat kecepatannya tinggi. Ini mengingatkan kita bahwa pada saat kita menyetir mobil dengan kecepatan tinggi (karena mesin kita CC nya tinggi, karena sopirnya jago nyetir, dan berani menginjak gas) kita juga perlu yakin bahwa radiator kita berjalan dengan baik. Kalau tidak nanti mesin terlalu panas dan bisa bisa turun mesin. 

Dalam karier kita, semuanya akan berjalan begitu cepat. Dan kalau karier kita melesat cepat, kemungkinan besar kecerdasan kita tinggi, kita mampu mengendalikan emosi, dan kita juga mempunyai fighting spirit yang tinggi. 

Tetapi tentunya akan banyak pressure dan stress yang tinggi di pekerjaan kita . Kita harus mampu memanage stress dan pressure kita dengan baik. Kalau tidak bisa bisa otak kita harus "turun mesin" dan mungkin kita akan depresi dan frustasi. Dan ini yang menyebabkan banyak sekali orang sukses yang frustasi, depresi dan bahkan bunuh diri.

Karena semakin tinggi posisinya tentunya semakin tinggi juga stress dan pressurenya. Jadi kita akan memerlukan penyeimbangnya. Di sinilah pentingnya aspect spiritual.

Saya mengobservasi beberapa business leaders di Indonesia maupun di luar negeri. Ada yang dengan menekuni agamanya sesuai kepercayaannya. And that's great they found their inner peace. Ada yang active di kegiatan charity. Ada yang menekuni hobby nya sebagai sarana untuk melepaskan pressure dan stress.

**

So in summary, what you need to balance are :

- kecerdasan

- emotional intelligence (kemampuan mengendalikan emosi, berkomunikasi, bekerjasama)

- adversity (daya juang)

- spirituality (kemampuan mencari inner peace dan kebahagiaan dalam diri sendiri)

Dan keempat aspect itu seperti empat kaki meja. Idealnya empat kaki meja kokoh dan seimbang. Satu kaki patah,meja mulai goyang, tidak stabil. Dua kaki patah, maka meja pun roboh, tak bisa berdiri lagi.

Maka kita perlu mengingatkan diri untuk menjaga keseimbangan di antara 4 hal di atas.

**

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto

Sharia Character Building

03.02 0 Comments A+ a-


 

SAAT ANDA MASIH TERUS MENERUS GAGAL DALAM MENCARI PEKERJAAN,

17.37 0 Comments A+ a-

 SAAT ANDA MASIH TERUS MENERUS GAGAL DALAM MENCARI PEKERJAAN,

APA YANG HARUS DILAKUKAN?

**

Namanya Bella. Hari itu dia memberanikan diri mengirimkan message ke saya.

“Pak Pam, saya sudah lulus S-1, Sembilan bulan yang lalu. Saya sudah berusaha mencari kerja ke mana-mana, interview dan test di mana-mana. Tapi masih belum juga mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan. Apa yang harus saya lakukan?”

**

Memang berat sekali beban Bella. Sudah lulus kuliah, wisuda sudah berlalu, waktu itu orang tua sudah bangga memasang foto wisudanya. Sekarang orang tua dan keluarga mengharapkan  dia segera mendapatkan pekerjaan.

Masalahnya banyak perusahaan yang hanya mencari karyawan berpengalaman. Lowongan kerja untuk fresh graduate semakin sedikit. Bahkan banyak perusahaan melakukan PHK. Mereka yang di PHK itu mencari pekerjaan, dan menjadi saingan bagi yang baru lulus.  Wah berat sekali ya?

Don’t worry. Satu saat pasti ada cahaya di ujung terowongan. 

Saya sendiri pernah selama berbulan-bulan mengirimkan lamaran ke puluhan perusahaan setiap minggu, sebelum akhirnya mendarat di pekerjaan yang saya impikan (di sebuah perusahaan telekomunikasi Eropa).

Ilma, anak saya di Amerika, pernah harus tahan banting ditolak puluhan perusahaan, sebelum akhirnya diterima di sebuah bank terbesar di negeri itu.

**

Daniel, seorang sahabat saya di Perancis,  pernah bilang,"Saya mengenal orang yang gagal belasan kali dan terus mencoba lagi sampai akhirnya berhasil. Kita tidak akan pernah tahu seberapa dekat kita kepada tujuan akhir kita! Jadi jangan pernah menyerah! Siapa tahu ternyata kesuksesan itu hanya selangkah lagi ? Apakah kita tidak menyesal? Tetapi jangan hanya mencoba dan mencoba lagi . Setelah mencoba , kita harus mempelajari, kenapa kita masih gagal, perlu evaluasi, apa yang perlu diperbaiki, apa yang perlu diganti?”

Wow, keren banget pendapatnya Daniel. 

**

Di situlah pentingnya "resiliance", atau bahasa Indonesianya kegigihan, keuletan, keukeuh, tahan banting!

Selalu mencoba dan mencoba lagi setelah jatuh. Selalu bangun dan bangun lagi setelah jatuh! Tidak pernah menyerah, dan tidak pernah berhenti sebelum mencapai kesuksesan! Bagaimana meningkatkan resiliance kita.

Dan selama itu, kita sambil berusaha, sambil terus, kita tetap mengevaluasi diri, dan mengembangkan diri. Percalah, suatu saat kita akan mendarat di pekerjaan yang kita inginkan.

**

Sambil menunggu ada beberapa Langkah yang bisa dilakukan:

1) Tetap aktif mengembangkan kompetensi dan menambah pengalaman. Jangan berdiam diri tidak melakukan apa-apa. Jadi tetap ikut program pemagangan  di perusahaan untuk menambah pengalaman.  Jangan hiraukan Apakah honor pemagangan tinggi atau tidak,karena fokusnya pada menambah pengalaman .

**

2) Mempertajam dan mengasah ilmu berkomunikasi dengan mengikuti program training komunikasi atau training kepemimpinan. Kalau perlu dengan membayar sendiri biaya pelatihannya.

**

3) Lakukan beberapa pekerjaan sukarela tanpa di bayar di hari Sabtu dan Minggu. Misalnya aktif di kegiatan social atau kegiatan religious. Atau mengajar sukarela  tentang materi yang sudah dikuasai . Ingat dengan tujuan utama mengasah ilmu komunikasi dan presentasi .

**

4) Update CV agar lebih mudah dipahami dan lebih menarik agar dilihat lebih dahulu oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Idealnya CV di-customize sesuai kebutuhan perusahaan itu. Fokuslah pada  kemampuan yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut . Caranya? Dengan melihat kebutuhan perusahaan itu (dari apa yang ditulis di pengumuman lowongan pekerjaan), mempelejari bisnis perusahaan itu (dari apa yang ada di Internet, atau menggunakan jalur networking untuk mendapatkan informasi). 

**

5) Melatih diri untuk wawancara di depan kamera video handphone anda. Siapkan lima pertanyaan yang paling sering ditanyakan di job interview. Kemudian berlatih menjawab pertanyaan itu, direkam,  dan kita putar lagi untuk melihat apakah kita sudah cukup bagus secara communication dan confidence.

Coba ikuti Langkah-langkah tersebut, dan semoga kompetensi dan pengetahuan kita semakin berkembang.

**

Tetapi selain hal di atas, ada topik kegigihan karakter yang perlu kita kembangkan, agar kita tetap bersemangat meskipun kita gagal berkali-kali.

Lebih dari lima puluh tahun yang lalu, Winston Churchill mengemukakan definisi kesuksesan. Definisi ini tetap menjadi salah satu penjelasan paling cerdas tentang konsep tersebut yang pernah diungkapkan: "Sukses adalah melangkah dari satu kegagalan ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasme."

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam hal ini:

a) Face down reality

Apapun yang terjadi terimalah apa yang kita alami. Semakin keras kita menolak, kita akan semakin menderita. Manage expectations anda. Jangan berharap terlalu tinggi! Nanti kekecewaan anda juga akan semakin dalam.Sadarilah bahwa hidup itu memang akan penuh dengan kerja keras, penderitaan, cobaan, ujian, hambatan, rintangan, celaan, hinaan, penderitaan sebelum akhirnya anda mencapai keberhasilan. Tidak ada pilihan lain!

**

b) Search for purpose of your life, dream and set your objective

Bermimpilah, bercita-citalah yang tinggi, pasanglah target dalam kehidupan anda. Terobsesilah dengan target anda. Jangan berhenti sebelum target anda tercapai!

*

c) Stop, look, listen and learn

Jangan hanya sekedar mencoba lagi. Di setia akhir dari usaha anda (mau berhasil atau gagal), belajarlah dari pengalaman itu. Evaluasi sendiri, atau kalau perlu tanyakan pada orang lain...

- apa yang sudah anda lakukan dengan baik dan teruskan

- apa kekeliruan yang anda lakukan dan sebaiknya anda stop

- adakah cara lain yang belum anda coba

**

d) Continuously Improvise

Terus meneruslah berksperimen dan mencoba-coba. Setiap awal usaha adalah waktu yang tepat untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru. Kalau cara lama belum berhasil ya mungkin sebaiknya ditinggalkan dan mencari (mencoba) cara yang lain.

**

e) Remember, your life is not a sprint, your life is a marathon

Last but not least. Ingatlah bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang (marathon). Hidup ini bukan lari jarak pendek 100 meter. Gagal sekali dua kali atau bahkan belasan kali juga gak apa apa. Asalkan kita bangkit dan bangkit lagi! The real failure is when we stop trying. Kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti mencoba!

**

Selamat mencoba, dan ingat our life is a marathon, not a sprint.

**

Salam Hangat

*

Pambudi Sunarsihanto

WHY SHOULD ANYONE BE LED BY YOU?

17.04 0 Comments A+ a-

 WHY SHOULD ANYONE BE LED BY YOU?

(Mengapa seseorang mau anda pimpin?)


**


Definisi yang paling basic dari seorang leader adalah “dia punya followers”. 

Kedengaran klasik, tapi bukankan memang demikian? Percuma aja kita ngaku jadi leader, kalau nobody follow you, kan? Masalahnya kan, kita juga pengin followers  yang cerdas. Dan mereka pasti akan bertanya, “Ngapain gua harus follow leader yang ini?”


Rob Goffee dan Gareth Jones menulis buku “Why should anyone led by you?”

Ya jelaslah, kalau orang beli mobil kan maunya beda-beda.

Yang beli Mercedes pengin prestige. Yang beli Toyota pengin easy maintenance dan kalau dijual lagi harganya tinggi. Yang pengin mobil lain, mungkin tertarik karena dengan harga murah mereka masih menemukan solusi untuk masalah transportasi mereka. Setiap merek mobil pasti mepunyai “value proposition” yang berbeda-beda. Dan consumer pasti akan memilih mobil sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Semakin consistent, value proposition mereka, maka akan semakin sukses penjualannya.


Leaders need to do the same thing! 

What are the “value propositions” that you offer to your followers?

Apakah:

- Pengalaman anda yang lebih banyak dan followers anda bisa belajar dari anda? => Experience!

- Apakah kemampuan anda meningkatkan credibility team anda, yang membuat semua orang akan respect pada team anda? => Credible!

- Apakah reputasi anda karena anda selalu berhasil mendidik dan mengembangkan anak buah anda? => People Developer!

- Apakah karena anda mempunyai consistent track record untuk selalu exceed objective anda, sehingga mereka ingin belajar dari anda ? => STRONG PERFORMER

- Apakah anda mempunyai banyak kenalan dan network, yang bisa membantu anda sehingga anda dapat membantu dan dibantu pada saat yang tepat? NETWORKING.

- Apakah anda mempunyai visi yang bagus tentang masa depan yang membuat mereka tertarik untuk menjadi bagian dari itu? VISIONARY!

- Apakah anda sangat jago dalam memilih prioritas dan berani berkata tidak, agar prioritas yang paling penting bagi bisnis masih berjalan dengan baik? PRIORITY!


Atau apa?


Ingat your followers are smart. Dan mereka membutuhkan “sesuatu yang membuat mereka mau mengikuti anda”.

**

Jadi bagaimana dong?

Ada beberapa rekomendasi yang bisa diikuti ...


1) *Define your top 3 strengths*



What are your strength? What are your competitive advantage? Apa yang anda miliki dan tidak dimiliki orang lain? Experience? Priority? Visionary? People Developer? Strong Performer? Credibility? Knowledge Sharer? Atau apa?

Pertama kali, bikinlah anda sendiri mengetahui strength anda, agar anda bisa menggunakannya dengan baik.

**


2) *Act consistently on your strength*


Buatlah 3 top strength anda menjadi reminder bagi anda sendiri.

Agar anda selalu konsisten (dalam pikiran, perkataan dan perbuatan).

Konsistensi membuat followers anda mudah mengerti anda dan mengikuti anda.

Sebaliknya, inkonsistensi akan membuat follower anda bingung dan kemudian akan meninggalkan anda.

++


3) *Never tell how good you are. Let others do your marketing*


Jangan cerita ke orang tentang strength anda, atau tentang leadership value proposition anda. Burung merak tidak pernah teriak-teriak bilang bahwa dia cantik. Dia cukup mengembangkan sayapnya, dan semua orang akan mengaguminya.

Stop tell how good you are. Just act consistently and others will follow you.

**

4) *Sharpen your shaw*


Anda sudah punya top 3 strength anda? That was the good news.

You know what is the bad news? They will not be relevant in 2-3 years.

Terus meneruslah belajar, Pertajam strength anda, dan belajarlah bidang lain yang akan semakin memperkuat competitive advantage anda!


Remember, what are your leadership values proposition?

Define, Act consistently, and continuously sharpen your shaw!


Salam Hangat,


Pambudi Sunarsihanto